Inilah Potret Perjalanan Pasar Modal di Era Rezim Jokowi

Perjalanan pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cukup bervariasi.

Adhitya Himawan Suara.Com
Senin, 23 Oktober 2017 | 07:10 WIB
Inilah Potret Perjalanan Pasar Modal di Era Rezim Jokowi
Pemaparan tentang investasi di pasar modal di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (3/11). [suara.com/Kurniawan Mas'ud]

Perjalanan pasar modal Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini cukup bervariasi. Termasuk dibayangi sentimen positif-negatif yang beriringan baik dalam skala global maupun domestik.

Skala global, investor khawatir atas pelemahan ekonomi global hingga bank sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan tingkat suku bunganya (Fed Fund Rate). Dari dalam negeri, selain kegaduhan politik terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada), investor juga sempat cemas terhadap kondisi ekonomi makro Indonesia terutama melebarnya posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD).

Namun, keyakinan dan kepercayaan investor di pasar modal terhadap pemerintah yang dipimpin Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, investor cenderung mengabaikan berbagai sentimen negatif itu.

Fakta itu terlihat dari disematkannya peringkat layak investasi (investment grade) dari lembaga pemeringkat internasional Standard & Poor's (S&P) pada pertengahan tahun ini. S&P menaikan peringkat Indonesia dari BB+ (double B plus) menjadi BBB- (triple B minus).

Kenaikan peringkat itu seiring dua lembaga pemeringkat internasional lainnya, yakni Moodys Investors Service dan Fitch Ratings yang telah lebih dulu menyematkan peringkat layak investasi terhadap Indonesia.

Peringkat itu menunjukkan penilaian positif lembaga pemeringkatan internasional terhadap prospek dan kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Investment Grade juga menunjukan risiko gagal bayar utang pemerintah yang relatif rendah.

Situasi itu membuat investor semakin percaya diri dalam berinvestasi di dalam negeri, termasuk di pasar saham. Kinerja IHSG sulit terbendung, terus menguat hingga mencatatkan rekor baru ke level 5.951,48 pada 4 Oktober 2017. Kinerja pasar modal itu tidak lain merupakan kepercayaan investor, terutama lokal terhadap ekonomi Indonesia.

Tercatat, investasi dari investor lokal terus meningkat, berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per September 2017 kepemilikan saham oleh investor lokal mencapai Rp1.695,76 triliun, dibandingkan 2016 lalu senilai Rp1.412,53 triliun.

Amnesti Pajak Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup berdampak positif bagi pasar modal domestik yakni amnesti pajak (tax amnesty) yang telah dilaksanakan oleh pemerintah yang dimulai pada 1 Juli 2016 hingga 31 Maret 2017.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menilai, salah satu hasil kebijakan Jokowi-JK yang memberikan dampak besar bagi pasar modal adalah program pengampunan pajak, mengingat pengaruh dari kebijakan itu cukup positif terhadap perkembangan ekonomi nasional yang di atas 5 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BISNIS

TERKINI