Mengenal Tradisi Lebaran "Barong Ider Bumi" dari Banyuwangi

Barong Ider Bumi merupakan ritual adat yang unik di Desa Kemiren Banyuwangi.

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 28 Juni 2017 | 07:50 WIB
Mengenal Tradisi Lebaran "Barong Ider Bumi" dari Banyuwangi
Barong Ider Bumi, ritual adat yang digelar warga Desa Kemiren, Banyuwangi setiap hari kedua Lebaran. (Foto: Banyuwangikab.go.id)

Suara.com - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mempromosikan tradisi lebaran Barong Ider di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, yang dianggapnya potensial sebagai daya tarik wisata.

Dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (28/6/2017), Menpar mengatakan bahwa ritual adat yang unik itu berlangsung setiap 2 Syawal atau hari kedua Idul Fitri.

Ia menyaksikan parade Barong Ider Bumi di Desa Wisata Kemiren, Banyuwangi, sekaligus melepas burung merpati sebagai simbolisasi kesetiaan tiada akhir.

Arief juga turut melempar koin receh sebagai tanda kemakmuran dan kesejahteraan, sebelum turut dalam parade Barong dengan menaiki kuda.

Kepala Dinas Pariwisata Banyuwangi MY Bramuda mengatakan, Barong Ider adalah sebuah tradisi dan ritual adat unik yang hanya ada di Banyuwangi.

"Masyarakat setempat percaya, arak-arak Ider Bumi maka Kampung Kemiren akan terhindar dari segala keburukan," katanya.

Menurut Bramuda, dari tahun ke tahun acara ini cukup kuat menyedot perhatian publik yang diharapkan juga akan menaikkan minat wisatawan mancanegara maupun lokal untuk berkunjung ke Desa Adat Kemiren.

"Barong Ider Bumi Kemiren tepatnya adalah upacara adat oleh leluhur masyarakat Suku Using Kemiren, dimana tujuan ritual ini adalah sebagai media tolak bala, melindungi kampung dari segala hal yang negatif, hama tanaman, wabah penyakit, dan serakat yang ada di Kemiren," ujarnya.

Arief Yahya menyambut baik tradisi adat masyarakat asli suku Using Banyuwangi yang dianggapnya masih kental menjunjung tinggi nilai tradisi dengan melestarikan budaya dan kesenian para leluhur.

Salah satu pertunjukan yang menakjubkan disajikan oleh seorang balita Akbar dan Killa yang baru berusia empat tahun yang membawakan tari Jaran Goyang.

"Ini bentuk pelestarian sejak dini. Anak balita bisa menari seluwes itu. Kita harap ada pelestarian lahir dan terus berkembang di tempat ini," kata Menpar.

Arief Yahya sempat menikmati santapan kuliner pecel pitik di Desa Kemiren yang merupakan makanan khas Banyuwangi dengan bahan utama ayam kampung muda.

Soal akses menuju Banyuwangi, Menpar menegaskan kini semakin banyak pilihan di antaranya dengan penerbangan langsung rute Jakarta-Banyuwangi setiap hari.

"Selain itu, ada tiga penerbangan yang melayani rute Surabaya-Banyuwangi tiga kali dalam sehari. Fasilitas untuk wisatawan kian lengkap, ada homestay sampai hotel bintang empat," kata Arief Yahya. (Antara)

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI