Wisata Religi ke Makam Mbah Priok, Konon Ada Air Berkahnya Lho!

Makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara, sudah menjadi cagar budaya.

Rabu, 28 Juni 2017 | 12:26 WIB
Wisata Religi ke Makam Mbah Priok, Konon Ada Air Berkahnya Lho!
Suasana Cagar Budaya Makam Mbah Priok di Koja, Jakarta Utara, di H+2 Lebaran. (Suara.com/Bagus Santosa)

Suara.com - Ziarah ke makam menjadi salah satu kegiatan setelah perayaan Hari Raya Lebaran. Termasuk, ‎Maqom Habib Hasan bin Muhammad Al-Haddad (Mbah Priok) di Koja, Jakarta Utara, yang menjadi destinasi ziarah.

Peziarah pun datang silih berganti di makam yang sudah menjadi cagar budaya ini.

Seperti Ali (46), yang berangkat dari Subang, Jawa Barat, subuh tadi untuk sengaja berziarah ke tempat ini. Makam Mbah Priok ini merupakan destinasi yang sudah lama dia ingin sambangi. Namun, baru kali ini Ali berjodoh.

Dia datang bersama keluarganya. Ada sekitar 15 orang yang ikut dalam perjalanan kali ini. Mereka berangkat dari rumah ke tempat ini menggunakan dua buah mobil berplat nomor T.

"Memang kami biasa ziarah ke mana-mana, ke Cianjur, ke Pamijahan, kami punya daftarnya. Nah baru kali ini bisa mampir," kata Ali, Rabu (28/6/2017).

Sama halnya Indriawati (39) yang berasal dari Sepatan, Tangerang. Dia bersama rombongannya ikut wisata religi yaitu berziarah ke sejumlah makam yang digalang oleh tetangganya.

Indriawati bersama suami dan anaknya diharuskan membayar Rp350ribu per kepala untuk rangkaian perjalanan ini. Dia tidak ingat jumlah rombongannya, yang dia ingat rombonganya dibawa pakai dua bus besar.

"Rombongan berangkatnya kemarin malam. Pertama ke Cirebon, terus ke Tasikmalaya. Nah pulangnya mampir ke sini (Makam Mbah Priok)," ujar dia.

Tidak hanya orang yang berasal dari luar Koja, warga sekitaran Makam Mbah Priok juga menyempatkan diri untuk berziarah ke tempat ini.

Leni (32) misalnya, yang hari ketiga Lebaran ini menyempatkan berziarah ke makam Mbah Priok. Dia baru ke tempat ini, sekarang, setelah berziarah ke makam keluarganya di hari hari kedua lebaran, kemarin.

"Ini baru sempat sekarang. Memang saya biasa ziarah ke sini. Saya juga rutin mengaji di sini setiap malam jumat," kata warga Jalan Melati VI, Koja, Jakarta Utara ini.

Pengamatan suara.com di lokasi, warga yang datang berziarah ke tempat ini tidak menghabiskan waktu terlalu lama. Saat mereka datang, mereka langsung ke Makam dan berdoa.

Setelah itu, mereka menyempatkan mampir ke mata air yang ada di sekitar makam untuk sekadar cuci muka atau meminumnya. Sesekali, para peziarah menyempatkan diri untuk mengabadikan momen perjalannya dengan kamera telepon seluler mereka.

Secara keseluruhan, peziarah yang datang hanya menghabiskan kurang dari satu jam di tempat ini. Setelah mengaji, rombongan peziarah melanjutkan perjalanan mereka.

Salah satu pengurus makam, Firman, mengatakan, peziarah mulai ramai setelah makam ini dijadikan cagar budaya. Peresmiannya dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) pada Maret tahun ini. Ahok menyerahkan surat keputusannya kepada salah satu keturuhan Mbah Priok, Habib Abdullah 'Sting'.

Firman sudah sejak 2010 mengabdi di makam ini. Dia juga merupakan salah satu santri dari yayasan yang mengelola makam ini. Sambil mengurus makam, sesekali Firman berjualan buku sejarah makam untuk sekedar menghilangkan bosan.

"Ini selalu ramai, 24 jam malah. Banyak yang ziarah, ngaji di sini. Nggak cuma Sabtu-Minggu, hari biasa juga ramai. Apalagi kalau ramai. Tapi yang paling ramai pas puasa kemarin. Itu peziarahnya banyak sekali," tuturnya.

Firman menganggap salah satu yang membuat peziarah banyak datang ke makam ini adalah fasilitas yang mulai dibenahi ketika makam ini berubah status jadi cagar budaya. Dengan status itu, makam tersebut mulai diperbaharui.

"Semuanya di sini gratis. Mau kencing, buang air besar, mandi, gratis. Bus parkir gratis. Mau mandiin bus juga gratis. Cuma makanan aja yang beli," selorohnya.

Firman mengaku senang membantu mengurus makam ini. Selain mengaji, di tempat ini dia bisa berbakti dan beramal baik. Namun, ada saja yang dia kesalkan ketika peziarah mulai ramai.

Kekesalannya itu, kata Firman, muncul ketika ada peziarah yang datang dan memasukan alas kakinya ke area makam, dan membuang sampah sembarangan.

"Nah kalau ada yang pakai sendal ke dalam makam sama buang sampah sembarang, itu paling ngeselin. Padahal di depan sudah ada tulisannya dilarang memakai alas kaki. Paling saya ingetin lagi," cerita Firman.

Sekadar informasi, luas makam ini mencapai 3,4 hektare yang dibagi menjadi dua ruangan besar. Di bagian depan, ruangan yang berhadapan dengan pintu masuk. Di tempat ini terdapat kolam yang dipercaya mengalirkan air berkah.

Setelah ruangan pertama tadi, ada pintu yang memisahkan untuk menuju ruangan ke dua. Di ruangan ke dua terdapat ruangan makam. Makam sendiri dibuatkan kamar khusus. Di kamar itu berisi beberapa makam.

Sementara di luar kamar untuk makam tersebut di sedaiakan ruangan luas untuk peziarah melakukan doa.







BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI