DPR Minta Pemerintah Berdayakan Rektor Lokal untuk Tingkatkan Kapasitas PT

Fabiola Febrinastri
DPR Minta Pemerintah Berdayakan Rektor Lokal untuk Tingkatkan Kapasitas PT
Anggota Komisi X DPR, Marlinda Poernomo. (Dok : DPR)

Pendapatan dosen rendah dan standar PT belum maksimal.

Suara.com - Para rektor lokal yang memimpin sejumlah perguruan tinggi (PT) Tanah Air sebaiknya kembali diberdayakan untuk meningkatkan kapasitas kampus, agar masuk kelas dunia. Saat ini, baru tiga PT di Indonesia yang masuk peringkat dunia, yaitu Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pemberdayaan para rektor lokal lebih populis daripada harus mengimpor rektor asing. Hal itu dikemukakan anggota Komisi X DPR, Marlinda Poernomo, saat dimintai komentarnya lewat Whatsapp soal polemik impor rektor asing kepada Parlementaria, Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Ia mengatakan, sejauh ini Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) belum berkomunikasi dengan Komisi X soal impor rektor asing. Tak ada notulensi atau catatan persetujuan dari Komisi X.

“Kalau kebijakan mengimpor rektor asing hanya untuk mencapai target 2024 menjadi 5 perguruan tinggi, mengapa kita tidak membuat mapping sendiri dan memberdayakan rektor-rektor Indonesia agar perguruan tingginya masuk peringkat dunia. Mereka diberikan penghargaan dan kesempatan, dengan anggaran yang memadai untuk melakukan assessment dan memberdayakan perguruan tinggi yang ditargetkan pemerintah,” ulasnya.

Baca Juga: DPR Minta Keterangan Direksi PLN Terkait Pemadaman Massal

Menurut politisi Partai Golkar itu, Indonesia mampu meningkatkan kapasitas PT dengan melakukan evaluasi sejumlah Perguruan Tinggi Negeri (PTN) berbadan hukum dan dibebani target menjadi world class university. Pemerintah harus melihat apakah anggaran dan fasilitas sarpras standar internasionalnya selama ini sudah terpenuhi atau belum. 

“Kita punya rektor di Indonesia yang berprestasi dan mampu memasukkan PTN-nya ke peringkat dunia. Mengapa tidak kita hargai dan kita manfaatkan dengan baik? Bila indikator program dalam renstra belum tercapai, kita evaluasi bersama, mengapa jumlah perguruan tinggi yang masuk peringkat dunia tidak beranjak dari 3 PT? Jalan keluarnya tidak harus mencari rektor asing. Kita berdayakan potensi para rektor Indonesia yang telah mampu mencapai target peringkat dunia,” tandasnya.

Legislator dapil Jawa Tengah X ini memaparkan, akar masalah yang menghambat pencapaian peringkat dunia PTN di Indonesia, salah satunya adalah dilema birokratisasi. Dalam UU Dikti sudah ada otonomi akademik PTN, tapi PTN masih banyak dibebani dengan aturan-aturan yang menghambat inovasi dan keberanian untuk melakukan reformasi.

“Di PTN, politicking sangat kental dalam pemilihan rektor, dekan, dan lain-lain. Idealnya tidak melihat dari merit system,” tandasnya.

Akar masalah lainnya, soal anggaran dan pendapatan PTN - BH, yang diharapkan mampu menaikkan generate income lewat kerja sama industri. Pada kenyataanya, masih banyak generate income dari SPP mahasiswa.

Baca Juga: Ketua DPR : Masalah Keamanan Nduga harus Diatasi Bersama

Porsi terbesar income masih dari mahasiswa. Selain itu, PTN - BH belum mampu mengembangkan bisnis. Baru UI yang berhasil merekrut tenaga profesional non dosen untuk mengembangkan usaha.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI