Donor Darah Bantu Temukan Daya Tahan Antibodi Covid-19

Palang Merah Amerika Serikat (ARC) sedang menguji semua sampel darah yang disumbangkan, untuk penelitian antibodi Covid-19.

Kamis, 02 Juli 2020 | 11:25 WIB
Donor Darah Bantu Temukan Daya Tahan Antibodi Covid-19
Ilustrasi perempuan melakukan donor darah. (Shutterstock)

Suara.com - Palang Merah Amerika Serikat (ARC) sedang menguji semua sampel darah yang disumbangkan, untuk penelitian antibodi Covid-19 yang baru. Kemudian akan menggunakan informasi itu untuk mempelajari lebih lanjut tentang penyebaran virus corona.

Selain itu, mereka juga akan memeriksa kembali kondisi para pendonor untuk mengetahui berapa lama antibodi mereka bisa bertahan.

Jika seseorang memiliki antibodi terhadap virus corona, peneliti beranggapan bahwa itu merupakan tanda bahwa para pendonor, sempat terinfeksi Covid-19.

"Salah satu tujuan dari inisiatif pengujian antibodi ini adalah untuk mendorong lebih banyak orang untuk menyumbangkan darah," kata Susan Stramer, Wakil Presiden Bidang Ilmiah ARC, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (2/7/2020).

Sejak 15 Juni, ARC sendiri mencatat adanya ini peningkatan donor darah sebanyak 150 persen. Ketika seseorang mendonorkan darah, mereka setuju untuk mengizinkan sampel darah mereka digunakan dalam studi penelitian.

Ribuan orang di seluruh AS menyumbangkan darah setiap bulannya, sehingga memberi ARC banyak sampel darah untuk diteliti. Semua sampel darah tersebut dipakai untuk menemukan antibodi Covid-19 sekaligus untuk menguji daya tahan antibodi itu sendiri.

Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]
Ilustrasi tes antibodi. [Greg Baker/AFP]

“Kami mengumpulkan 40 persen dari suplai darah di AD, jadi kami memiliki gambaran yang mudah untuk menjawab pertanyaan di sekitar berapa banyak orang yang antibodi positif,” imbuh Stramer.

Dua minggu terakhir, lanjut Stramer, pihaknya sudah menemukan antibodi virus corona baru dari 1,2 persen donor darah yang sudah terkumpul. Ia menilai, antibodi ini mungkin dapat membantu orang agar tidak terinfeksi Covid-19.

Beberapa data awal penelitian menunjukkan, antibodi virus corona baru mungkin hanya bertahan selama beberapa bulan, terutama pada orang yang tidak memiliki gejala ketika mereka sudah terinfeksi.

"Kami berharap dapat mendaftarkan sebanyak mungkin orang, tetapi saya pikir jika kami mendapatkan lebih dari 30 persen, kami akan menganggap itu sebagai keberhasilan," tutup Stramer.

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TEKNO

TERKINI