Program Pamsimas Mampu Lahirkan Perempuan-perempuan Hebat

Sebelum terjun, para perempuan ini mendapatkan materi terlebih dahulu.

Minggu, 14 November 2021 | 11:10 WIB
Program Pamsimas Mampu Lahirkan Perempuan-perempuan Hebat
Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)

Suara.com - Pamsimas  merupakan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Kegiatan ini merupakan program nasional pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan.

Di sejumlah desa, program ini mampu melahirkan perempuan-perempuan hebat. Dalam upaya pengadaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat di desanya, mereka bisa disebut sebagai pahlawan.

Contoh di Desa Cirebon Baru, Kecamatan Seberang Musi, Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu. Adalah seorang perempuan bernama Nur Aini. Perempuan berusia 30 tahun yang merupakan ibu dua anak ini telah menerima Program Pamsimas pada 2018.

Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)
Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)

Bersama dengan warga, ia berupaya mewujudkan mimpi desanya dengan tidak pantang untuk memanjat bangunan menara air, demi mengontrol bak penampungan. Ia juga tidak segan menguras dan membersihkan bak penampungan, ketika airnya telah kotor.

Perannya tak henti sampai di situ. Nur Aini rajin mengunjungi rumah warga untuk mengumpulkan iuran air. Ia mencatat setiap iuran yang masuk dan  mempertanggungjawabkan setiap penggunaannya.

Ibu rumah tangga ini pun tidak segan menegur dan memberikan pemahaman kepada warga masyarakat yang terlambat membayar iuran.

Pengadaan air minum di Desa Cirebon Baru dijalankan dengan pompa listrik. Jika masyarakat  terlambat membayar iuran, maka pompa tidak bisa dioperasikan karena tidak cukup uang untuk membeli token listrik.

Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)
Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)

Sebelum mengikuti Program Pamsimas, masyarakat di Desa Cirebon Baru sangat susah mendapatkan air bersih. Bahkan air sungai pun jauh dari pemukiman.

Kalaupun ada pipa PDAM melintasi desanya, airnya tidak pernah mengucur alias tidak berfungsi. Nur Aini mengatakan, sebagai ibu rumah tangga, ia  sangat resah, karena air sangat membantunya dalam kegiatan rumah tangga, sementara air di desanya sangat terbatas.

Ketika Program Pamsimas masuk ke desanya, ia pun aktif ikut ambil bagian dalam setiap proses tahapan kegiatan pengadaan air minum dan sanitasi itu, termasuk mengikuti setiap kegiatan pelatihan, baik pelatihan teknis maupun pengelolaan keuangan sistem pengelolaan air minum.

Ia kemudian terpilih menjadi salah seorang pengurus KPSPAMS. Berdasarkan pengalaman dan ilmu yang ia terima saat mengikuti berbagai pelatihan, Aini pun siap menjalankan amanah memutar roda organisasi, demi mengalirkan ke setiap rumah warga.

Pada 2018, sebuah sumur bor yang menghasilkan air bersih menjadi warga gembira bagi desa ini dan mampu melayani 120 sambungan rumah desa. KPSPAMS bahkan perlu mewujudkan tambahan 140-an sambungan rumah lagi untuk warga masyarakat lainnya. Desa Cirebon Baru dihuni 267 KK dengan 904 jiwa.

Agar seluruh warga mendapat fasilitas layanan air bersih, para pengurus pun mengajukan Program Hibah Insentif Desa (HID) tahun 2020 untuk menambah satu sumur bor dan satu menara air lagi.

Perempuan sebagai Ujung Tombak

Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)
Keterlibatan perempuan dalam program Pamsimas. (Dok: Kementerian PUPR)

Sekali lagi, perempuan menjadi ujung tombak. Di Desa Dendang, Kecamatan Dendang, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mereka pun aktif dalam pengadaan air minum dan sanitasi.

Empat perempuan menyatakan senang  ketika ditunjuk menjadi anggota Kelompok Keswadayaan Masyarakat (KKM). Mereka diketuai oleh seorang perempuan lainnya, Zulfatun Lailiyah, yang menjabat sebagai Kepala Satuan Pelaksana Desa Dendang, pada 2016.

Para perempuan hebat itu menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM), menggalang dana kontribusi masyarakat berupa dana tunai dan non-tunai dalam bentuk kerja bakti masyarkat, misalnya dalam pemasangan jaringan pipa.

Sistem sarana air minum yang dibangun di Desa Dendang bersumber dari air permukaan, yang kemudian disaring dan didistribusikan secara gravitasi dengan jaringan pipa sepanjang 3 kilometer, demi melayani 368 kepala keluarga.

Dulu ketika kemarau tiba, para warga masyarakat Desa Dendang yang umumnya petani harus berjalan kaki hingga 1-2 jam menuju sumber air. Kini, air minum sudah mengucur ke keran di rumah mereka masing-masing.

Kisah perempuan hebat juga terjadi di Bengkulu dan Bangka Belitung.  Dua perempuan bernama Rahayu Sangajidan Eminarwati, bahu membahu berbagi peran dalam mensukseskan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi di Desa Widit, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku, ketika desanya mengikuti Program Pamsimas pada 2017.

Rahayu (41 tahun) merupakan ibu rumah tangga, dengan 5 anak. Sehari-hari, ia bekerja sebagai petani untuk membantu suaminya mencukupi kebutuhan hidup keluaganya. Perempuan ini tergolong sangat aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, sehingga diberi kepercayaan sebagai Ketua Tim Pengadaan Barang dan Jasa Program Pamsimas.

Sejak awal proses tahapan Pamsimas, Rahayu sangat terlibat hingga selesai. Ia mengawal keberlangsungan air minum di desanya itu, bahkan tak segan membantu proses pengecatan infrastruktur, penggalian jalur pipa, sampai proses pemasangan pipa.

Eminarwati (39 tahun) juga berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan petani. Ibu 6 anak ini lebih fokus pada masalah keuangan dan administrasi. Dalam Kelompok Keswadayaan Masyarakat, ia dipercaya sebagai bendahara. Salah satu tugasnya adalah mengawal, mengelola, dan melaporkan keuangan secara terbuka kepada masyarakat.

Namun ia juga tak segan turun ke lapangan, ikut mengecat bangunan, menggali jalur pipa, dan memasang pipa.

Kini warga Desa Widit sudah berkelimpahan air. Mereka tak lagi harus berupaya keras mendapatkan air bersih, karena air sudah datang ke rumah mereka masing-masing.

Itu berkat jasa para perempuan hebat dalam Program Pamsimas. Mereka mampu memberikan sumbangsihnya dalam kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat, di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah tangga dan petani biasa.

Mereka memperlihatkan kepada kita bahwa proses pembangunan di Indonesia bisa dimulai dari peran serta di tingkat keluarga dan masyarakat pedesaan. Status sebagai ibu rumah tangga dan petani pun bisa melakukan perubahan!

Qurrotu' Ainy, ST, M.Eng.
PPK Pembinaan Manajemen II
Satker Direktorat Air Minum
Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

BISNIS

TERKINI