Begini Satiran Para Kartunis dalam Mengawal Pemilu

Bagaimana kartunis ikut berpartisipasi di dunia politik mengawal pemilu 2018?

Senin, 03 Desember 2018 | 18:20 WIB
Begini Satiran Para Kartunis dalam Mengawal Pemilu
Kartunis di Semarang berupaya ikut dalam mengawal penyelengaraan Pemilu 2018 lewat satiran ide dan kritik dalam karya karikatur. (Suara.com/Adam Iyasa)

Suara.com - Kartunis di Semarang berupaya ikut dalam mengawal penyelengaraan Pemilu 2018, mereka berusaha menjadi 'panitia pengawas' dunia politik lewat satiran ide dan kritik dalam karya karikatur.

Ada sekitar seratus karya karikatur yang terpajang di lobi kantor Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jawa Tengah. Berusaha mengawasi dengan menyindir dalam kelucuan. Hal-hal yang serius dan rumit soal Pemilu pun mampu dijelaskan dengan gambar kartun secara sederhana.

Seperti karya kartunis Suratno, guru seni sebuah sekolah SMP di Kota Semarang, menyatir horornya Pemilu dengan kartun lima buah batu nisan. Di atas nisan itu tampak ada tikus yang sedang berpesta.

Ada yang berjingkrak-jingkrak, ada yang bawa gepokan uang, ada yang menuding sambil menjulurkan lidahnya.

Batu nisan itu tertulis nama beberapa kata yang sangat akrab di telinga menjelang Pemilu 2019. Masing-masing nisan itu bertuliskan fitnah, money politik, kampanye hitam, ujaran kebencian, dan SARA.

Cukup menggelikan satu batu nisan paling ujung kiri dalam karikatur bertuliskan nama 'hoaks', lahir : menjelang pemilu, wafat : setelah pemilu.

Kartunis di Semarang berupaya ikut dalam mengawal penyelengaraan Pemilu 2018, mereka berusaha menjadi 'panitia pengawas' lewat satiran ide dan kritik dalam karya karikatur. (Suara.com/Adam Iyasa)
Kartunis di Semarang berupaya ikut dalam mengawal penyelengaraan Pemilu 2018, mereka berusaha menjadi 'panitia pengawas' lewat satiran ide dan kritik dalam karya karikatur. (Suara.com/Adam Iyasa)

Ada pula karya kartunis Djoko Susilo. Ia menggambar seorang politikus yang muncul dari kotak suara sambil membawa alat pengeras suara megaphone.

Politikus ini tampak berkampanye. Tapi di mega phone itu tertulis 'hoax'. Dibawahnya ada seorang yang membawa alat teropong jarak jauh. Di belakangnya tampak ada seorang anak kecil seolah meminta agar politikus tersebut selalu diawasi.

Selain itu, ada juga dua peserta kartunis dari difabel. Dia menggambar seorang difabel yang hendak mau datang ke TPS. Tampak seorang yang duduk diatas kursi roda masuk ke dalam bilik suara untuk menggunakan hak pilihnya.

Karya-karya lain menyatir berbagai peristiwa dalam pemilu. Mulai dari soal bahaya politik uang, pertarungan elit politik yang tiada akhir, kebingungan pemilih menentukan pilihan, dan lain sebagainya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI