Mulai Diserbu Pemudik Balik Jakarta, Yuk Kenali Sejarah Lumpia Semarang

Kenali sejarah lumpia Semarang, makanan khas yang jadi oleh-oleh saat mudik.

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Minggu, 09 Juni 2019 | 08:00 WIB
Mulai Diserbu Pemudik Balik Jakarta, Yuk Kenali Sejarah Lumpia Semarang
Sejarah Lumpia Semarang, makanan oleh-oleh khas kota Semarang. (Suara.com/Ambar Adi Winarso)

Suara.com - Mulai Diserbu Pemudik Balik Jakarta, Yuk Kenali Sejarah Lumpia Semarang

Belum lengkap rasanya jika sampai di Kota Semarang belum mencicipi kuliner tradisional Lumpia. Meski banyak dijumpai di tiap jalanan Kota Semarang, namun Lumpia, yang dalam ejaan aslinya disebut lunpia, banyak diburu pemudik yang balik ke arah barat atau Jakarta.

Penganan tradisional yang terbuat dari campuran rebung, telur, sayuran segar, daging, dan makanan laut, kemudian digulung dalam adonan tepung gandum sebagai kulit pembungkusnya, masih menjadi magnet utama diburu sebagai oleh-oleh saat pemudik balik.

Dalam perkembangan sejarahnya, lumpia di Semarang tak bisa lepas dari peranan pasangan suami istri Tionghoa-Jawa, Tjoa Thay Yoe dan Mbok Wasih yang pada awalnya sebagai penjual lumpia keliling ditahun 1950-an di pelosok gang-gang Kota Semarang.

Mereka berdua merupakan penjual Lumpia dengan ciri khasnya masing-masing. Setelah menikah, resep Lumpia ala Hokkian milik Tjoa Thay Yoe dipadukan dengan lumpia ala Jawa khas Mbok Wasih, hingga terciptalah Lumpia dengan rasa istimewa khas Semarang yang memadukan rasa gurih, asin, dan manis.

Saat ini para generasi keturunannya mengembangkan warisan para buyutnya. Menjadikan kuliner tradisional Semarang ini sebagai buruan wajib para pemudik dan wisawatan.

Seperti pada warung Lumpia yang terkenal di daerah Pecinan yakni Lumpia Gang Lombok, beralamat di Gang Lombok Nomor 11 Pecinan Kota Semarang. Dan Lumpia Cik Meme, yang ada di Jalan Gajahmada Nomor 107 Semarang. Keduanya merupakan pewaris dari generasi keempat dan kelima dari Lumpia Semarang.

Lumpia Gang Lombok diwariskan kepada generasi ketiga yakni Siem Swie Kiem atau Purnomo Usodo dan anaknya Untung Usodo. Saat ini Untung Usodo sebagai generasi keempat yang lebih banyak menangani dapur dan pesanan Lumpia di warungnnya.

Warung Lumpia Gang Lombok merupakan warung Lumpia tertua di Semarang milik keturunan Tjoa Thay Yoe. Letaknya juga disamping klenteng tertua Tay Kak Sie.

Di musim liburan Lebaran atau musim mudik ini, meski warungnya yang sempit dan menyempil di gang yang hanya cukup dilalui satu mobil, tak menyurutkan minat para tamu yang ingin mencicipi Lumpia Gang Lombok.

Sejarah Lumpia Semarang, makanan oleh-oleh khas kota Semarang. (Suara.com/Ambar Adi Winarso)
Sejarah Lumpia Semarang, makanan oleh-oleh khas kota Semarang. (Suara.com/Ambar Adi Winarso)

Biasanya pembeli juga merupakan wisatawan yang singgah di Kelenteng Tay Kak Sie, ada juga warga Semarang asli dan para pemudik yang berburu kuliner sebagai buah tangan. Banyak pelanggan seperti dari Solo, Jakarta, Bandung bahkan sampai turis asing juga ikut mengantri di depan warung.

Saat Suara.com menyambangi kedainya, Sabtu (8/6/2019), warung tengah ramai, para pembeli harus duduk berhimpitan dengan pengunjung lain. Ruangan itu berukuran sekira 4x8 meter, dipenuhi banyak bahan olahan Lumpia, besek packing, serta dapur pengolahan yang bisa dilihat pengunjung langsung.

Meski kondisi ramai, dengan dibantu empat pegawainya pelayanan di warung ini terbilang cepat, sebab tanpa menunggu lama pesanan tiap pengunjung baik yang dinikmati ditempat atau dibawa pulang telah tersaji di atas meja.

Ada Lumpia goreng dan Lumpia basah lengkap dengan acar mentimun, khas saus aci berwarna coklat sebagai cocolan bertabur bawang putih, daun selada, daun bawang, cabai rawit, dan daun lokio.

"Kombinasi rasa dari aneka makanan yang telah masuk ke mulut akan menciptakan sensasi kenikmatan tersendiri yang tidak akan didapatkan di tempat lain," tutur Untung Usodo.

Soal harga, untuk satu jenis lumpia dibanderol Rp 17 ribu baik Lumpia basah maupun goreng, pelanggan yang ingin menikmati di rumah bisa memesan dengan dibungkus besek bambu yang berisi 5-20 lumpia.

"Meski tak berbahan pengawet Lumpia basah bisa bertahan sampai 2 hari dan lumpia goreng bisa sampai 3 hari tanpa di freezer," katanya.

Kontributor : Adam Iyasa

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI