Jelang Puasa, Masyarakat Lebih Tertarik Berbuka dan Sahur dengan Daging dan Makanan yang Mengandung Minyak Olahan

Perilaku yang paling tidak sustainable adalah mayoritas responden berniat tetap ingin mengonsumsi makanan dari daging serta diolah dengan minyak olahan.

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 21 Maret 2023 | 16:10 WIB
Jelang Puasa, Masyarakat Lebih Tertarik Berbuka dan Sahur dengan Daging dan Makanan yang Mengandung Minyak Olahan
Ilustrasi buka puasa (Freepik/odua)

Suara.com - Makan berkelanjutan atau sustainable eating menjadi salah satu isu yang belakangan menjadi perhatian banyak pihak. Sayangnya, jelang puasa, penelitian survei dari Health Collaborative Center (HCC) menunjukkan indeks keinginan masyarakat mengadopsi perilaku ini justru cenderung rendah.

Menurut Peneliti Utama dan Ketua HCC Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, studi Sustainable Eating Intention Index yang dilakukan pada 2.531 responden ini menunjukkan total indeks responden mayoritas kearah tidak sustainable. 

Hal ini terlihat dari delapan item sustainabile eating yang menjadi standar global, secara total statistik memperlihatkan angka diluar rentang yang bisa dikategorikan sustainable atau berkelanjutan. 

“Perilaku yang paling tidak sustainable adalah aspek pilihan jenis dan bahan makanan yang secara mayoritas responden berniat tetap ingin mengonsumsi makanan dari daging, serta diolah dengan minyak olahan," ungkap dia dalam diskusi bersama media di Jakarta pada Senin (21/3/2023).

Ini terlihat dari 7 dari 10 responden atau 68 persen, jelang puasa ini tidak berniat mengurangi makanan mengandung minyak olahan, dan makan sumber atau yang mengandung lemak.

Ilustrasi daging merah (pexels/Malidate Van)
Ilustrasi daging merah (pexels/Malidate Van)

Padahal, lanjut dia, menurut konsep pangan berkelanjutan, pola konsumsi yang kaya dengan ikan atau nabati dinilai lebih sustainable. Tapi dalam studi, 8 dari 10 responden atau 74 persen, justru tidak berniat untuk lebih banyak makan ikan selama buka puasa dan sahur di tahun ini.

Bukan cuma itu, perilaku tidak berkelanjutan juga terlihat dari tidak berminat masyarakat dalam membawa tumbler, botol minum atau termos untuk air minum pribadi selama mereka berkegiatan di bulan puasa tahun ini, seperti tarawih dan shalat berjamaah du masjid, sahur hingga buka puasa bersama. Angka ini mencapai 53 persen.

"Jadi secara umum keinginan repsonden untuk menerapkan pola dan perilaku makan yang berkelanjutan menjelang puasa cenderung rendah," pungkas dia.

suara hati ramadan 1445 H
Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI