Ramadan Berarti Panas Terik Membakar? Ini Penjelasan Prof Quraish Shihab

Mari jadikan Ramadan kali ini sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik

Muhammad Yunus Suara.Com
Senin, 18 Maret 2024 | 16:01 WIB
Ramadan Berarti Panas Terik Membakar? Ini Penjelasan Prof Quraish Shihab
Quraish Shihab (Instagram/@quraish.shihab)

Suara.com - Mari jadikan Ramadan kali ini sebagai momentum untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Pendiri Pusat Studi Al Qur’an (PSQ) Prof Muhammad Quraish Shihab menjelaskan makna dari Ramadan yang berarti panas terik membakar.

Makna tersebut berasal dari situasi atau cuaca yang begitu panas saat dinamainya bulan Ramadhan.

“Ramadhan itu ada yang berkata panas terik yang membakar. Penamaan ini boleh jadi karena waktu mereka mengalami cuaca yang sangat panas Ramadhan datang,” jelas Prof Quraish Shihab, dikutip dari akun instagram pribadinya.

Mengutip NU.OR.ID Quraish Shihab juga menerangkan makna lain dari Ramadhan, yaitu bulan dileburkannya dosa-dosa setiap Muslim.

Dalam Al Qur’an dikatakan penggunaan kata Ramadhan sebagai isyarat terbakarnya dosa dan keburukan dari manusia.

“Al Qur’an menggunakan kata ini untuk mengisyaratkan bahwa di bulan itu terbakar dosa-dosa sehingga bisa dikatakan Ramadhan adalah bulan terhapusnya dosa dan keburukan,” terang pakar tafsir jebolan Al-Azhar Kairo itu.

Kedua makna tersebut diharapkan dapat menjadi pengingat umat Islam agar bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, sehingga segala dosa dan keburukan terlebur habis.

“Semoga Ramadhan kali ini menghapus dosa dan keburukan yang telah kita semua lakukan, dan menjadikan kita menjadi pribadi yang lebih baik,” tutur cendekiawan yang kini berusia 80 tahun ini.

Pada kesempatan lain, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Zakky Mubarak mengungkapkan bahwa semua amal umat manusia itu untuk dirinya sendiri kecuali puasa.

"Puasa itu adalah untuk-Nya, kata Tuhan," tutur Kiai Zakky Mubarak dalam video tausiyah yang diungah melalui akun facebook pribadinya.

Kemudian, ia mengutip sebuah hadits qudsi yang menyatakan bahwa ibadah puasa itu untuk Allah.

"Semua amal perbuatan anak Adam -yakni manusia- itu adalah untuknya, melainkan berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan balasan dengannya,” demikian firman Allah yang dikutip Kiai Zakky.

Kiai Zakky mengajak umat Islam untuk memahami bahwa puasa Ramadhan merupakan ibadah istimewa yang harus diisi dengan amal shaleh dan ketakwaan yang tinggi.

Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

RELIGI

TERKINI