Lebaran Bikin Cemas karena Takut Ditanya Kapan Nikah, Dokter Jiwa Beri Pesan untuk Mencintai Diri Sendiri

Momen Lebaran ini rupanya menyimpan kekhawatiran bagi sebagian masyarakat, karena ada rasa cemas dan takut ditanya hal-hal yang kurang mengenakkan. Apa kata dokter jiwa?

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 09 April 2024 | 07:55 WIB
Lebaran Bikin Cemas karena Takut Ditanya Kapan Nikah, Dokter Jiwa Beri Pesan untuk Mencintai Diri Sendiri
Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]

Suara.com - Hari Raya Idul Fitri alias Lebaran sebentar lagi dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Momen Lebaran ini rupanya menyimpan kekhawatiran bagi sebagian masyarakat, karena ada rasa cemas dan takut ditanya hal-hal yang kurang mengenakkan seperti kapan nikah, kapan punya anak, dan sebagainya.

Kekhawatiran ini tercermin dari cuitan warganet di media sosial X, soal keengganan merayakan Hari Lebaran bersama keluarga besar.

Ilustrasi cemas dan takut. (Freepik/rawpixel.com)
Ilustrasi cemas dan takut. (Freepik/rawpixel.com)

"bisa gak ya lebaran harinya dilewati aja, takut banget ditanya kapan nikah karena sepupu udah semua," cuit eri*******.

"Baru kali ini ngerasa lebaran tapi takut ketemu sama orang2, takut dihakimi," kata Saka********.

"takut sm lebaran, kl kumpul keluarga besar gue harus siap sm pernyataan "belum isi juga? udh setaun nikah padahal," tambah con******.

Menanggapi hal ini, dokter jiwa dari RS EMC Alam Sutera, dr Andri, SpKJ, FAPM, mengatakan kunci utama menemukan kedamaian dan merayakan Hari Lebaran tanpa rasa cemas dan takut adalah dengan berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

dr Andri menjelaskan, makna kemenangan bukan bagaimana kita lebih baik daripada orang lain, tapi bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Menyadari hal ini akan membuat kesehatan jiwa lebih baik dan terjaga dari perasaan buruk.

"Pada dasarnya kita itu harus membandingkan diri kita saat ini dengan diri kita yang dahulu, bukan diri kita dengan orang lain. Jadi pencapaian yang dicapai oleh diri kita itulah yang paling penting. Menyadari hal ini penting, supaya kita sehat jiwanya," terang dr Andri saat dihubungi Suara.com.

dr Andri menyoroti kebiasaan melakukan sesuatu untuk orang lain, yang bisa berujung pada memburuknya kesehatan jiwa. Contohnya, membeli barang atau melakukan sesuatu hal, dan mengunggahnya untuk dilihat oleh orang lain.

Ilustrasi mencintai diri sendiri. [Pexels.com]
Ilustrasi mencintai diri sendiri. [Pexels.com]

Padahal seharusnya, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain apapun pencapaian dan prestasi kita. Menurut dr Andri, mengakui bahwa kita bertumbuh sekaligus menghargai proses pembentukan diri kita adalah bentuk dari mencintai diri sendiri.

"Yang paling penting adalah bagaimana kita menghargai proses di dalam kehidupan kita sendiri. Itulah salah satu makna dari mencintai diri sendiri. Jadi tidak membandingkan diri kita dengan orang lain, tetapi bandingkan diri kita dengan diri kita yang dulu, pencapaian kita, apa yang kita dapatkan," terangnya lagi.

Dengan fokus kepada bagaimana diri sendiri bertumbuh, menghadapi Hari Raya Lebaran pun bisa dilakukan dengan penuh kedamaian dan sukacita. Sehingga, tidak perlu lagi khawatir terhadap omongan dari orang lain ketika berkumpul bersama keluarga besar.

"Jadi kalau misalnya ada orang yang ngomongin kita, bertanya tentang hal-hal seperti yang tidak pas gitu ya, pada saat lebaran nanti, ya biarkan saja. Yang penting kita punya kekuatan hati, ketegaran hati, untuk membantu diri kita mencapai yang terbaik, versi terbaik dari diri kita, bukannya versi terbaik dari mereka," tutupnya.

Dapatkan update breaking news dan berita pilihan kami dengan mengikuti Suara.com WhatsApp Channel di ponsel kamu
Berikan Komentar >
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

LIFESTYLE

TERKINI