Komisi XI Pertanyakan Strategi BI Hadapi Krisis Ekonomi

Fabiola Febrinastri | Dian Kusumo Hapsari
Komisi XI Pertanyakan Strategi BI Hadapi Krisis Ekonomi
Anggota Komisi XI DPR RI Ramson Siagian. (Dok : DPR).

Pasalnya kebijakan non-fiskal seperti paket perekonomian dinilai kurang efektif.

Suara.com - Anggota Komisi XI DPR RI Ramson Siagian mempertanyakan strategi Bank Indonesia (BI) untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Di tengah kondisi perekonomian yang tidak ramah, sebagaimana dikatakan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, ada kelemahan dari sisi pemerintah dimana kebijakan fiskal dan non-fiskal dinilai kurang bisa mengadjust sehingga tidak bisa menimbulkan efektivitas yang baik. Pasalnya kebijakan non-fiskal seperti paket perekonomian dinilai kurang efektif.

“Kalau itu juga tidak bisa disesuaikan, artinya apa yang dilakukan oleh BI juga kurang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mudah-mudahan Menko Perekonomian sekarang, bisa membuat kebijakan non-fiskal yang bisa meng-adjust,” kata Ramson saat Rapat Kerja dengan Gubernur BI beserta jajarannya, membahas mengenai realisasi 2019 dan prognosa 2020 di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (11/11/2019).

Salah satu kebijakan BI yang perlu disoroti politisi Partai Gerindra itu diantaranya penurunan suku acuan BI atau BI 7 Days Repo Rate (BI7DRR) dan memperbanyak likuiditas ke market, sehingga para pelaku ekonomi bisa longgar bergerak. Penurunan ini dinilai dapat menambah daya beli masyarakat, dimana saat ini pelaku ekonomi masih menghadapi suku kredit yang cukup tinggi yang berkisar 18-20 persen. 

Baca Juga: Pasca Bom Medan, Ketua DPR Minta Program Deradikalisasi Dievaluasi

“Padahal dari sisi demand, bagaimana caranya masyarakat meningkatkan konsumsi rumah tangga itu memerlukan penurunan suku bunga agar masyarakat sebagai agregat rumah tangga mampu membelanjakan dan meningkatkan permintaan. Dari sisi supply, para pengusaha juga saat investasi perlu suku kredit yang lebih rendah lagi. Perlu ada stimulus seperti ini untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap berkisar di 5,03 persen,” tambah legislator dapil Jawa Tengah X itu.

Sayangnya, penurunan suku bunga pada aplikasinya di lapangan masih menemui berbagai masalah. Ramson mengatakan banyaknya bank-bank pelaksana yang belum melakukakan suku bunga secara real di lapangan, sehingga kebijakan BI belum begitu diperhatikan. Nantinya, Komisi XI DPR RI perlu memanggil bank pelaksana yang tetap mempertahakan suku bunga yang tinggi kepada masyarakat.

Tahun ini, pertumbuhan ekonomi pada ekonomi domestik masih terjebak pada kisaran 5 persen. Terakhir, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) hanya dapat tumbuh sebesar 5,02 persen. BI memprediksi pertumbuhan ekonomi baru bisa mencapai 6,162 persen pada 5 hingga 6 tahun mendatang.

Sementara untuk tahun mendatang, BI memperkirakan perekonomian dunia tumbuh ke 3,1 persen, menyusul adanya perang dagang AS-Tiongkok. Sedangkan untuk transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD) diperkirakan ada di kisaran 2,5-3 persen, dengan laju inflasi terkendali 3 persen di tahun 2020. Kemudian, nilai tukar rupiah dipatok terjaga pada kisaran Rp 14.000-Rp 14.400 per satu dollar AS untuk tahun ini dan Rp 13.900-Rp 14.300 per dollar AS pada tahun 2020 mendatang.

Baca Juga: Bom Meledak di Polrestabes Medan, Ketua DPR: Jangan Takut, Kita Lawan


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI