Hari Perempuan Dunia, Ribka Tjiptaning Ajak Perempuan Berani Tampil

Fabiola Febrinastri
Hari Perempuan Dunia, Ribka Tjiptaning Ajak Perempuan Berani Tampil
Politisi dan Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning, memperingati “Hari Perempua Sedunia,” yang jatuh pada 8 Maret 2020. (Dok : DPR)

Hari Perempua Sedunia jatuh pada 8 Maret 2020.

Suara.com - Politisi dan Ketua DPP PDI Perjuangan, Ribka Tjiptaning, mengajak kaum perempuan untuk berani masuk segala lini kehidupan dan berani tampil di depan. Hal ini disampaikannya dalam memperingati “Hari Perempua Sedunia,” yang jatuh pada 8 Maret 2020.

“Saya mengajak kaum perempuan untuk berani  memasuki segala lini kehidupan dan berani tampil di depan, baik di lapangan sosial, ekonomi, budaya dan politik. Jika zaman dulu perempuan ingin terbebas dari belenggu feodalisme dalam keluarga dan masyarakat, saatnya kini tampil di depan dan mendobrak dogma-dogma yang menghambat kemajuan perempuan,” ujarnya, Jakarta, Minggu (8/3/2020)..

Anggota Fraksi PDI Perjuangan yang duduk di Komisi IX DPR ini merasa perlu menyerukan hal ini, karena kecenderungan menguatnya kelompok politik yang semakin meminggirkan peran perempuan.

“Bukan hanya didengungkan kelompok intoleran saja, bahkan parlemen hari-hari ini memasukan RUU Ketahanan  Rumah Tangga dalam Prolegnas 2020.  Pada dasarnya, RUU itu mengandung aspek diskriminasi gender,” ujarnya.

Baca Juga: DPR Setuju Penyebar Data Pasien Virus Corona Ditangkap, Termasuk Pejabat

Politisi perempuan, yang dalam sejarahnya pernah melawan kediktaktoran Soeharto itu mengatakan, isi dalam rancangan itu suami memiliki kewenangan menyelenggarakan resolusi konflik dalam keluarga, sedangkan istri hanya dalam ranah domestik, seperti mengurusi urusan rumah tangga dan menjaga keutuhan keluarga.

“Ini langkah mundur, dan kaum perempuan harus bersatu melawannya,” serunya.

Dalam Hari Perempuan Sedunia ini, Ribka memberi apresiasi dan penghormatan terhadap kisah  perjuangan Ibu Yani, yang anaknya merupakan pasien cuci darah dan seorang penyandang disabilitas bernama Yustitia Arif.

Ibu Yani seorang diri membesarkan anak-anaknya yang masih kecil. Salah satu anaknya yang berumur 11 tahun, bernama Teo menjadi pasien cuci darah.

Walau seorang diri, karena suaminya pergi dari kehidupannya, sang ibu tetap tegar dan bersemangat menginginkan anaknya sehat kembali.

Baca Juga: Jika Tak Dapat Rekom PDIP, Gerindra Siap Bentuk Koalisi untuk Gibran

Cinta kasih yang tulus telah menghantarkan sang ibu menyerahkan satu ginjalnya buat sang anak. November lalu, sang anak telah mendapatkan ginjal barunya. Hari ini, Teo sudah bisa sekolah dan tak perlu cuci darah lagi.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI