Bertemu Ketua DPR AS di Roma, Puan Maharani Undang Hadiri P20 di RI Tahun Depan

Fabiola Febrinastri
Bertemu Ketua DPR AS di Roma, Puan Maharani Undang Hadiri P20 di RI Tahun Depan
Ketua DPR RI, Dr. (H. C) Puan Maharani. (Dok: DPR)

Ia mendorong P20 agar membantu menyatukan potensi berbagai negara untuk menghadapi tantangan.

Suara.com - Pada Seventh Group of 20 (G20) Parliamentary Speakers’ Summit (P20) di Italia, Ketua DPR RI, Puan Maharani bertemu dengan pimpinan DPR Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi. Puan pun mengundang langsung Pelosi untuk datang ke Indonesia yang akan menjadi tuan rumah P20 tahun depan.

Forum P20 dibuka hari ini, Kamis (7/10/2021), oleh Perdana Menteri Italia di Palazzo Madama, Gedung Senat Italia di Roma. Puan bersama Pelosi sempat berbincang sebelum gelaran P20 dimulai.

Mengenakan baju batik, Puan mengungkapkan harapannya agar Pelosi menghadiri P20 di Indonesia pada September 2022. Gelaran P20 diselenggarakan bersamaan dengan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di mana Indonesia menjadi tuan rumah.

Puan dan Pelosi juga berbincang mengenai sejumlah hal termasuk mengenai pandemi Covid-19. Dua pimpinan parlemen perempuan tersebut juga menjelaskan situasi pandemi di negaranya masing-masing.

Baca Juga: Kasus Pemerkosaan Anak di Lotim, DPR: Propam Perlu Periksa Kapolres dan Kapolda

Selain Pelosi, Puan juga menemui para pemimpin parlemen negara-negara G20 lainnya untuk secara khusus mengundang mereka datang ke Indonesia tahun depan. Beberapa yang diundang langsung Puan untuk menghadiri P20 di Indonesia seperti Ketua Dewan Nasional Republic of Korea Park Byeong-Seug, Ketua Parlemen Singapura Tan Chuan Jin, Speaker of the Senate Belanda Jan Anthonie Bruinj dan Speaker of the Grand National Assembly Turki Mustafa Sentop.

Puan sendiri sudah berbicara pada 2 sesi di hari pertama gelaran P20 di Italia. Di sesi I, perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut menyinggung soal solidaritas global hingga keadilan vaksin dalam mengatasi pandemi Covid-19.

Di sesi II, Puan berbicara soal menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi dalam keberlanjutan sosial dan lingkungan. Ia menekankan pentingnya dunia menjaga kelestarian lingkungan dan menciptakan masa depan yang lebih inklusif.

“Pandemi Covid-19 adalah tantangan global terbesar saat ini yang mengakibatkan krisis multidimensi. Namun krisis juga melahirkan kesempatan untuk membangun dunia yang lebih baik paska pandemi,” kata Puan yang berbicara dengan Bahasa Inggris di forum P20.

Krisis disebut telah menunjukkan saling ketergantungan antara people, prosperity, and planet. Puan juga menyinggung mengenai tipping point krisis perubahan iklim yang dihadapi dunia meningat kurangnya komitmen berbagai negara untuk mengurangi emisi.

“Maka G20 harus lead by example dalam upaya pembangunan hijau, energi baru terbarukan, dan aksi perubahan iklim. G20 yang merupakan 85% dari ekonomi dunia tentu akan sangat berpengaruh jika melakukan transformasi ekonomi hijau secara bersama-sama,” paparnya.

Baca Juga: DPR Pertanyakan Sikap Polres dan Polda Soal Kasus Pemerkosaan 3 Anak Oleh Ayah di Lotim

Puan menilai perlu ada kemitraan global untuk mendorong ekonomi hijau secara global, termasuk dalam membantu negara berkembang mengimplementasi ekonomi hijau tersebut. Dalam forum tersebut, Puan juga mengungkapkan Indonesia yang terus berkomitmen menurunkan emisi.

“Bagi Indonesia, kami on track menurunkan emisi sesuai target NDC Paris Agreement sebesar 29% dengan upaya mandiri dan siap mencapai hingga 41% dengan dukungan internasional,” terang Puan.

Mantan menko PMK itu juga menyampaikan Indonesia memiliki target Net Zero Emission tahun 2060 serta Net Sink tahun 2030 untuk sektor hutan dan tata guna lahan serta menargetkan 23% renewable energi di tahun 2025. Puan lalu menggarisbawahi pentingnya kerja sama internasional guna mendukung negara berkembang.

“Pembiayaan, dukungan teknis, riset bersama dan transfer teknologi dibutuhkan negara berkembang untuk mengalihkan ekonomi ke pembangunan rendah karbon,” paparnya.

“Kita memerlukan political will dan kepemimpinan dari semua negara termasuk dari Parlemen untuk meningkatkan ambisi menurunkan emisi, aksi adaptasi dan transisi energi.Namun perlu diingat, tidak ada one size fits all policy transisi energi perlu dilakukan secara gradual,” sambung Puan.

Di sisi lain, aspek sosial dinilai harus dimajukan sejalan dengan dimensi ekonomi dan lingkungan. Puan mengatakan, ekonomi hijau harus bersifat inklusif yang menekankan pada pemerataan, memperkecil ketimpangan di masyarakat, dan melibatkan semua pemangku kepentingan.

“Pembangunan industri hijau dan energi terbarukan akan membuka lapangan kerja baru. Peningkatan kesadaran masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan perlu ditingkatkan,” sebutnya.

Puan lantas menyoroti kurangnya komitmen dan kepercayaan antar-negara untuk saling membantu dalam hal transformasi ekonomi hijau. Untuk itu, ia mendorong P20 agar membantu menyatukan potensi berbagai negara untuk menghadapi tantangan-tantangam global dan menciptakan masa depan bersama

“Karenanya P20 dapat berperan untuk mendorong pemerintah G20 meningkatkan kemitraan global dan mendorong dukungan pendanaan dan teknik untuk transformasi ekonomi hijau yang inklusif,” kata Puan.

“Saya yakin melalui kerja sama dalam P20 kita dapat membantu mewujudkan pemulihan ekonomi global yang lebih kuat dan berkelanjutan,” tutup cucu Proklamator RI Bung Karno tersebut.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI