Tekan Angka Stunting, Puan Bicara Pentingnya Pernikahan Terencana pada Anak Muda Blitar

Fabiola Febrinastri
Tekan Angka Stunting, Puan Bicara Pentingnya Pernikahan Terencana pada Anak Muda Blitar
Ketua DPR RI, Dr. (H. C) Puan Maharani. (Dok: DPR)

Puan hadir untuk berbagi dengan generasi muda Blitar.

Suara.com - Ketua DPR RI, Puan Maharani mengajak generasi muda untuk mempersiapkan sebaik-baiknya saat merencanakan pernikahan. Pernikahan yang kurang terencana dengan baik bisa menjadi salah satu penyebab anak yang kelak dilahirkan tidak bertumbuh dengan baik atau stunting.

“Penyebab utama stunting seringkali dikaitkan dengan masalah kurang gizi. Tapi sebenarnya persoalan ini merupakan isu multi-dimensi yang juga membutuhkan solusi terintegrasi,” kata Puan.

Hal tersebut disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Diskusi ‘Strategi Penurunan Stunting dari Hulu’ yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Senin (20/12/2021).

Puan hadir untuk berbagi dengan generasi muda Blitar tentang peran pernikahan dan kehamilan terencana terhadap penurunan stunting.

Baca Juga: Pernyataan Puan soal Revisi UU Disorot, Pengamat: Terlihat Sekali Tidak Aspiratif

“Yang perlu diperhatikan adalah pernikahan dilakukan di usia ideal, karena dapat mengurangi risiko berat lahir rendah. Selain itu para calon ibu harus menjaga kesehatan dan asupan gizinya selama hamil serta di 1.000 hari pertama pasca kelahiran,” ucap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

Kegiatan yang diikuti oleh 1.000 peserta ini merupakan program sosialisasi BKKBN terhadap Genre atau Generasi Berencana. Acara tersebut juga sekaligus memperkenalkan aplikasi Elsimil (Elektronik Siap Nikah dan Hamil) yang memfasilitasi pembinaan bagi calon pengantin dan para calon ibu agar dapat mempersiapkan kehamilannya dengan lebih baik.

Peserta nantinya diharapkan menjadi agen komunikasi yang mampu mengedukasi lingkungan sekitarnya tentang pentingnya perencanaan sebelum menikah dan hamil. Hal ini penting mengingat dari tahun ke tahun angka stunting di Indonesia masih bergerak di atas 20%.

“Artinya, Indonesia sudah masuk kategori kronis stunting,” tegas Puan.

Data Kementerian Kesehatan pada tahun 2018 menunjukkan, 1 dari 3 balita di Indonesia menderita stunting atau kurang gizi kronis. Sementara prevalensi stunting di Indonesia berada di urutan 115 dari 151 negara di dunia di mana tantangan yang ada, kata Puan, yakni terkait pengetahuan tentang gizi dan nutrisi belum merata.

Baca Juga: Mantan Anak Buah Ingatkan Prabowo Tak Maju Pilpres Lagi: Cap Tempelan Tiga Kali Kalah

“Edukasi seperti ini penting, jadi nanti kalau menikah, yang dipikirkan bukan hanya foto pre-weddingnya tapi juga bagaimana supaya bisa lebih sehat,” ujarnya.

Permasalahan gizi dan nutrisi sendiri telah lama menjadi perhatian Puan. Ia menilai selama ini masyarakat terus diimbau untuk makan makanan yang baik, namun masalah sebenarnya lebih besar dari itu.

“Seringkali bukan masyarakat tidak mau makan bergizi, tapi karena kendala biaya, prioritas anggaran juga kurangnya informasi tentang gizi dan nutrisi,” sebut Puan.

Mantan Menko PMK itu menambahkan, peningkatan tren gaya hidup sehat di tengah masyarakat saat ini sebenarnya bisa dijadikan momentum yang baik untuk mensosialisasikan pengetahuan gizi ke seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja, menurut Puan, hal ini membutuhkan gotong royong semua pemangku kebijakan.

“Bukan hanya untuk mengedukasi namun memastikan rakyat memiliki kemudahan untuk mengakses asupan bergizi,” tutup Cucu Proklamator RI Bung Karno tersebut.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI