Ketua DPR Terima Ketua Parlemen Laos di DPR, Sepakat Berantas Kejahatan Narkotika

Fabiola Febrinastri
Ketua DPR Terima Ketua Parlemen Laos di DPR, Sepakat Berantas Kejahatan Narkotika
President of National Assembly of Laos, Xaysomphone Phomvihane dan Ketua DPR RI, sekaligus Presiden AIPA 2023, Puan Maharani. (Dok: DPR)

Puan didampingi oleh Wakil Ketua DPR Lodewijk F. Paulus.

Suara.com - Ketua DPR RI, sekaligus Presiden ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) 2023, Puan Maharani menerima kunjungan President of National Assembly of Laos, Xaysomphone Phomvihane. Dalam pertemuan bilateral itu, kedua pimpinan parlemen sepakat untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor, termasuk dalam pemberantasan kejahatan transaksional.

Puan menyambut kunjungan Xaysomphone Phomvihane bersama delegasi Parlemen Laos di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Pertemuan Puan dan Ketua Parlemen Laos ini digelar di sela-sela Sidang Umum AIPA ke-44 di mana DPR bertindak sebagai tuan rumah.

“Selamat datang di Jakarta, Indonesia, Yang Mulia Xaysomphone Phomvihane. Presiden Majelis Nasional Laos PDR,” kata Puan.

Baca Juga: Pimpin Sidang Paripurna AIPA ke-44, Lodewijk Freidrich Paulus: Kehadiran Anggota Parleman Penting untuk Kemajuan ASEAN

Saat menyambut delegasi Parlemen Laos, Puan didampingi oleh Wakil Ketua DPR Lodewijk F. Paulus, dua Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR, yakni Gilang Dhielafararez dan Putu Supadma Rudana, serta anggota DPR RI lainnya, Mulan Jameela dan Hugua.

Sementara itu, Xaysomphone Phomvihane datang bersama sejumlah anggota Palemen Laos, diantaranya Sanya Praseth, Linkham Douangsavan, Thanta Khongphaly,  dan Duta besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Laos untuk Indonesia, Phomma Sidsen.

Di awal pertemuan, Puan menceritakan tentang sejarah Gedung DPR terutama Gedung Nusantara yang menjadi lokasi pertemuan. Kepada Ketua Parlemen Laos, ia mengatakan gedung yang juga dikenal dengan sebutan Gedung Kura-kura ini dibangun atas gagasan Presiden pertama RI, Sukarno. 

“Semula gedung ini dibangun untuk menjadi tempat penyelenggaraan Conference of The New Emerging Forces (CONEFO). Pendirian CONEFO yang juga gagasan Presiden Sukarno, untuk menciptakan perdamaian, dan sebagai kekuataan baru selain PBB,” cerita Puan.
 
“Gedung Nusantara berbentuk menyerupai kepakan sayap burung yang siap untuk terbang. Hal ini menggambarkan simbol kekuatan bangsa Indonesia yang akan bangkit menuju masa depan yang cerah,” lanjutnya.

Puan pun menyampaikan terima kasih kepada Ketua Parlemen Laos yang berkenan menghadiri langsung pelaksanaan Sidang Umum AIPA di Jakarta. Menurutnya, acara tersebut merupakan momentum yang tepat untuk memperkuat persatuan, dan soliditas, serta memperkokoh sentralitas ASEAN.

Baca Juga: TNI Jawab DPR soal Desakan Evaluasi dan Panglima Turun Tangan di Kasus Prajurit Geruduk Polrestabes Medan

“Komitmen ASEAN yang kuat merupakan modal bersama bagi kita untuk merespons permasalahan di kawasan. DPR RI memandang penting diplomasi parlemen baik secara bilateral, regional, dan global. Diplomasi Parlemen perlu dilakukan untuk memperkuat diplomasi antar Pemerintah,” papar Puan.

Lebih lanjut, mantan Menko PMK itu menyatakan DPR yang memegang Presidensi AIPA tahun ini memberikan dukungan penuh atas keketuaan Laos di AIPA ke-45 tahun 2024. Puan menyatakan DPR siap membantu pelaksanaan Sidang Umum AIPA ke-45 melalui pendampingan dan berbagi pengalaman.

“Saya menyatakan kesiapan DPR RI untuk membantu pelaksanaan Sidang Umum AIPA ke-45 tahun 2024 di Laos. Saya berharap pelaksanaan Sidang Umum ke-45 di Laos mengadopsi keberlanjutan tema AIPA ke-44,” ungkap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

“Saya berharap, Laos akan sukses menyelenggarakan Sidang Umum AIPA tahun depan,” tambah Puan.

Di bilateral meeting tersebut, Puan dan Ketua Parlemen Laos sempat menyinggung sejumlah isu yang dibahas dalam Sidang Umum AIPA di Jakarta yang masih berlangsung ini. Salah satunya terkait penyelesaian konflik di Myanmar.

“Kita juga bersama-sama sepakat mendorong perdamaian di Myanmar, tentang implementasi lima poin kesepakatan agar segera dilaksanakan oleh Myanmar sehingga terjadi perdamaian yang ada di Myanmar,” terangnya.

Hubungan bilateral Indonesia dan Laos sendiri sudah terjalin selama 66 tahun dan terus mengalami peningkatan. Terlebih antara Indonesia-Laos telah membentuk ‘Komisi Bersama untuk Kerja Sama RI-Laos’ sejak tahun 2013 yang diharapkan dapat menemukan solusi bersama atas masalah yang dihadapi oleh Indonesia-Laos.

Dalam kesempatan tersebut, Puan mengapresiasi nilai perdagangan bilateral Indonesia-Laos yang mengalami peningkatan secara signifikan, dari semula sebesar  45 juta Dolar AS pada tahun 2021, menjadi 194 juta Dolar AS, pada 2022. Ia berharap, nilai perdagangan Indonesia-Laos dapat terus ditingkatkan.

Apalagi pada investasi, Indonesia dan Laos telah membicarakan rencana keterlibatan Indonesia dalam pembangunan berbagai proyek pembangunan infrastruktur di Laos seperti pengadaan kereta api dari PT. INKA untuk Petrotrade Laos Public Company. Kemudian Indonesia juga tertarik untuk bekerja sama imbal dagang (counter trade) pembelian potasium dari Laos mengingat potensi tambang potasium yang besar di sana.

Puan berharap, DPR dan Parlemen Laos dapat mendorong realisasi rencana-rencana tersebut, termasuk pada rencana kerja sama investasi pembangunan pabrik pupuk di Laos oleh BUMN Indonesia.

“Saya juga berharap, Parlemen Laos dapat memberi dukungan penuh sehingga tindak lanjut hal tersebut dapat segera diwujudkan. Dan untuk memperkuat kerja sama ekonomi, saya juga mendorong realisasi pembukaan akses penerbangan langsung antara Indonesia dan Laos,” sebutnya.

Menurut Puan, akses penerbangan langsung akan memperkuat konektivitas antar negara dan membuka peluang kerja sama di berbagai bidang. Khususnya di bidang ekonomi dan pariwisata.
 
Di sisi lain, Puan mengapresiasi pencapaian Laos dalam ketahanan energi, yang bersumber dari energi terbarukan. Laos diketahui muncul sebagai pemain kunci dalam energi baru terbarukan. Dengan lebih dari 70 bendungan yang beroperasi dan total kapasitas pembangkit sekitar 8.000 MW, negara itu telah mencapai kemajuan memenuhi kebutuhan energinya dari sumber air.

“Capaian tersebut menegaskan kontribusi Laos terhadap ketahanan energi dan tujuan pembangunan berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara,” ujar Puan.

Indonesia sendiri siap menjalin kerja sama dengan Laos, seperti kerja sama PLN dengan Électricité du Laos. Puan menilai, Indonesia dan Laos dapat saling bertukar pengalaman dalam upaya pengembangan energi terbarukan.

“Saya mendorong kerja sama berupa pertukaran pengalaman, dan best practice dalam pengembangan sektor energi terbarukan. Saya berharap Indonesia dan Laos dapat menegaskan pentingnya transisi energi terbarukan sebagai pengganti bahan bakar fossil dalam kebijakan domestik dan regional,” katanya.

Terkait hubungan politik, Puan mengatakan Indonesia dan Laos telah memberi kontribusi positif bagi stabilitas kawasan. Ia pun mengajak Parlemen Laos untuk selalu berkontribusi pada upaya terjaganya stabiltas dan keamanan di kawasan.

“Indonesia memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan SDM Pertahanan Laos. Hal tersebut ditandai dengan keterlibatan Perwira Angkatan Bersenjata Laos dalam mengikuti pendidikan di Indonesia,” terang Puan.

Cucu Bung Karno itu meminta Parlemen Laos agar dapat mendorong Pemerintahannya untuk meningkatkan kerja sama di bidang pertahanan. Apalagi, kata Puan, Laos tertarik untuk membeli pesawat dan alutsista pertahanan mereka dari Indonesia.

“Kiranya Parlemen Laos dapat mendorong tindak lanjut pembelian pesawat terbang yang diproduksi Indonesia, yang diminat Pemerintah Laos,” harapnya.

Puan kemudian membicarakan mengenai kerja sama penegakan hukum. DPR RI dan Parlemen Laos pun sepakat untuk memperkuat komitmen terhadap pemberantasan kejahatan transnasional, seperti memberantas tindak pidana narkotika yang dinilai sangat penting dalam mendukung terwujudnya kawasan ASEAN yang aman, stabil, dan sejahtera.

Kondisi geografis Laos yang berbatasan dengan Thailand dan Myanmar memperbesar potensi penyelundupan dan perdagangan gelap narkotika di wilayah ASEAN. Wilayah luas golden triangle sebagai penghasil opium itu berdampak produk narkotika tersebar ke berbagai negara.

“Saya mendorong peningkatan kerja sama bilateral untuk mengatasi kejahatan narkotika tersebut. Kerja sama yang dimaksud antara lain pertukaran dokumen, materi dan informasi hukum yang bersifat publik dan kerja sama teknis dalam penanganan kejahatan lintas negara,” tegas Puan.

Puan juga mendorong Parlemen Laos untuk mendukung pengesahan ASEAN Extradition Treaty atau Perjanjian Ekstradisi ASEAN yang disepakati kedua negara.

“Saya berharap akan dukungan Laos untuk pengesahan ASEAN Extradition Treaty dalam pertemuan ASEAN yang membahas hal tersebut,” ucapnya.

Pada pertemuan pun turut dibahas mengenai peningkatan hubungan antar-masyarakat Indonesia dan Laos. Penguatan hubungan people to people itu dapat dilakukan melalui kerja sama pendidikan dan kebudayaan.

“Pelajar-pelajar dari Laos, termasuk mahasiswa dapat mengenal lebih dekat kebudayaan Indonesia melalui jalur Pendidikan di Indonesia. Sebaliknya, pelajar dari Indonesia dapat mengunjungi Laos untuk mengenal lebih dekat kebudayaan di sana,” jelas Puan.

Puan juga mendukung penguatan kerja sama pariwisata Indonesia dan Laos, salah satunya pada objek wisata Candi karena kedua negara memiliki kesamaan dalam potensi wisata itu.

“Karenanya kedua negara dapat bekerja sama dalam mempromosikan wisata dan pemeliharaan candi,” ungkapnya.

Di akhir bilateral meeting, Puan berharap agar pertemuan hari ini dengan pembicaraan yang cukup produktif dapat bermanfaat bagi rakyat Indonesia dan Laos.

“Saya berharap RI dan Majelis Nasional Republik Demokrasi Rakyat Laos terus saling mendukung di masa depan,” ucap Puan.

Sementara itu, Ketua Parlemen Laos Xaysomphone Phomvihane menyatakan merasa terhormat bisa berkunjung ke Gedung DPR. Ia juga berharap agar Indonesia dan Laos memperbanyak peluang kerja sama melalui kunjungan antar negara.

“Ibu Ketua dan saya melakukan pembicaraan secara bersahabat dan hangat sebagai kedua negara sahabat. Kami saling terbuka berdiskusi, memperbaharui fokus kerja sama yang semakin luas,” ungkap Phomvihane.

Phomvihane pun memastikan siap mendukung kerja sama Indonesia dan Laos dalam hal energi terbarukan dan peningkatan perdagangan maupun investasi kedua negara.

“Saya harap, parlemen dapat mendorong itu semua agar semakin banyak terealisasikan. Kami juga berterima kasih atas komitmen Ibu Puan yang bersedia untuk bertukar pengalaman dalam penyelenggaraan AIPA ke-45 di Laos nanti,” tutupnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI