Keprihatinan Desy Ratnasari

Arsito Hidayatullah
Keprihatinan Desy Ratnasari
Desy Ratnasari. [Suara.com/Ismail]

Belum lama ini, anggota Komisi VIII DPR ini bicara banyak tentang masalah anak.

Suara.com - Nama Desy Ratnasari mungkin hanyalah salah satu dari sekian banyak artis dan pesohor yang pada periode ini duduk di jajaran kursi DPR RI. Namun sosoknya relatif cukup menonjol, baik berdasarkan latar belakang keartisannya, latar pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya, maupun aktivitasnya sebagai seorang legislator.

Sebagai seorang artis, sosok Desy sudah mulai dikenal publik sejak usia belasan, ketika menjadi model majalah remaja dan perempuan. Ketenaran itu pun kemudian segera membawa perempuan kelahiran Sukabumi, 12 Desember 1973 tersebut ke dunia hiburan yang lebih luas, terutama di layar lebar dan layar kaca.

Tak lama, Desy segera terkenal seantero Tanah Air, bahkan bisa disebut menjadi salah satu artis paling top di era 1990-an dan awal 2000-an. Tidak saja dunia model dan akting yang dirambahnya, bintang film Si Kabayan bersama almarhum Didi Petet dan Paramitha Rusady ini lantas juga dikenal sebagai penyanyi, selain juga kemudian sempat berkarier sebagai pembawa acara (host) di televisi.

Namun sementara itu, pelantun hits Tenda Biru ini juga agaknya tidak lupa dengan pendidikan formalnya. Buktinya, setelah sebelumnya memegang gelar sarjana jurusan Psikologi dari Unika Atmajaya, Desy akhirnya juga mampu meraih gelar S2 di bidang yang sama, yang diperolehnya dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI).

Desy Ratnasari.
Merambah Jalur Politik
Kini, Desy pun resmi duduk sebagai anggota DPR RI untuk periode 2015-2019, tepatnya di Komisi VIII yang membidangi agama, sosial, serta pemberdayaan perempuan. Kedudukan itu resmi diperolehnya setelah terpilih pada Pemilu Legislatif 2014 lalu mewakili Partai Amanat Nasional (PAN), melalui Daerah Pemilihan (Dapil) Jawa Barat IV atau Sukabumi.

Sebagaimana tugas-tugas Komisi VIII DPR, Desy bersama anggota lainnya di komisi ini banyak berurusan dengan sejumlah kementerian dan lembaga sebagai mitra kerja mereka. Di antaranya adalah Kementerian Agama, Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, hingga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Lembaga lain yang termasuk mitra kerja Komisi VIII adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), serta Badan Wakaf Indonesia (BWI).

Desy sendiri termasuk yang bisa dikatakan aktif dalam berbagai kegiatan sesuai bidangnya di lembaga legislatif tersebut. Tidak sekadar aktif, Desy pun terbukti vokal dan tak segan-segan mengkritik pemerintah (eksekutif) secara terbuka, terutama bila dirinya merasa ada masalah yang perlu dituntaskan, atau program pemerintah yang perlu perbaikan. Salah satunya terbukti saat Desy berbicara dalam sebuah diskusi di Mabes Polri, beberapa waktu lalu.

Prihatin dengan Masalah Anak
"Saya sempat mendatangi lima anak yang jadi korban penelantaran oleh orangtuanya (di Cibubur) itu. Saya sangat prihatin melihat kondisi mereka," ungkap Desy, dalam sebuah diskusi yang diselenggarakan Divisi Humas Mabes Polri, Senin (18/5/2015) lalu.

"Saya ingin kasus ini menjadi pelajaran penting bagi negara. Di sini negara harus hadir, dan itu diatur dalam Undang-Undang Dasar," sambung ibunda dari Nasywa Nathania Hamzah itu pula.

Di kesempatan sama, Desy pun tak ketinggalan bicara soal kasus keji perkosaan anak kandung oleh Sadriansyah, sosok yang juga diduga telah membunuh empat anak kandungnya yang lain. Secara tegas, Desy meminta polisi untuk mengusut tuntas kasus ini.

"Saya baru dengar kasus ini. Maka dari itu, kami meminta aparat kepolisian mengusut tuntas," tegas Desy, seusai acara diskusi tersebut.

"Institusi kepolisian di daerah harus cepat tanggap, dan bersinergi dengan instansi terkait untuk menangani dan mencegah kasus-kasus kekerasan anak," ujarnya, sembari menyatakan bakal segera membawanya untuk dibahas di parlemen.

Desy Ratnasari.
Tak ketinggalan, dalam kesempatan itu pula, Desy menyorot sekaligus mengkritisi kinerja Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, yang tak lain adalah juga mitra kerja komisinya di DPR.

"Saya sangat ingin melihat kinerja Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Ibu Yohana. Semoga saya bisa melihat apa yang ibu lakukan. Bagaimana aplikasi undang-undang kita terhadap anak-anak kita ini," kata Desy.

"Saya belum lihat Ibu Yohana sebagai menteri melakukan aksi nyatanya melindungi anak-anak Indonesia," lanjutnya pula tanpa basa-basi.

Pada akhirnya, Desy mengatakan bahwa ada banyak hal yang harus dilakukan untuk melindungi anak-anak Indonesia dari bentuk-bentuk kekerasan yang mengancam mereka. Salah satunya adalah dengan membentuk program konseling di setiap daerah.

"Yang harus dilakukan, upaya yang real, (adalah) advokasi. (Yaitu) Memastikan anak-anak yang mengalami kekerasan ini (dapat) mengakses konseling, (soal) apa yang harus mereka dapatkan. Itu bisa disediakan di daerah-daerah terpencil," tandasnya. [Erick Tanjung/Ismail]


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI