Bulog Koreksi Ucapan Ketua DPR Soal Kenapa Beras Lokal Mahal
"Bulog harusnya bisa berperan untuk memotong mata rantai itu," kata Ade.
Suara.com - Ketua DPR Ade Komarudin berharap Badan Urusan Logistik dapat memotong mata rantai penjualan beras lokal. Harga beras lokal selama ini mahal karena rantai penjualannya yang terlalu panjang.
"Harga impor selalu lebih murah daripada harga beras lokal. Karena beras lokal itu rantainya bisa sampai tujuh sampai delapan rantai. Sementara kalau impor langsung ke distributor, kalaupun ada paling satu atau dua rantailah," kata Ade di gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta, Selasa (7/6/2016).
Sebagai institusi yang berfungsi sebagai pengelola logistik, kata Ade, seharusnya Bulog bisa merampingkan alur peredaran beras agar harga tetap terjangkau.
"Bulog harusnya bisa berperan untuk memotong mata rantai itu," kata Ade.
Direktur Pengadaan Perum Bulog Wahyu mengoreksi pernyataan Ade. Wahyu mengatakan bukan karena mata rantai yang terlalu panjang yang mengakibatkan harga beras lokal mahal, melainkan harga beras lokal memang sudah mahal sejak dari petani.
"Kalau dikatakan karena mata rantai yang panjang, saya ingin koreksi. Jadi sebetulnya harga di petani pun sudah mahal. Hari ini misalnya harga kering panen Rp4.200 sampai Rp4.500, kalau kita konversi ke beras jatuhnya bisa Rp9.000," kata Wahyu.
Menurut Wahyu lahan pertanian padi di Indonesia sekarang ini makin sempit sehingga terjadi inefisiensi.
"Harga turun hanya pada saat panen. Dibandingkan dengan negara luar jauh, saya melihat ada komponen inefisiensi, salah satunya karena luas lahan kita sempit," tutur Wahyu.
Selain itu, kata Wahyu, luas lahan yang sempit juga tidak seimbang dengan pembelian bahan perawatan tanaman. Petani harus membeli pupuk dalam jumlah yang cukup besar, sementara tanaman yang dirawat cuma sedikit.
"Petani tidak bisa beli pestisida dan pupuk dengan jumlah kecil, tetap harus jumlah besar sehingga banyak yang mubazir. Sehingga ketika diakumulasikan harganya jadi mahal," kata Wahyu.