Komisi III DPR Beberkan Temuan Kisah Dimas Kanjeng

Siswanto | Dian Rosmala
Komisi III DPR Beberkan Temuan Kisah Dimas Kanjeng
Wakil Ketua Komisi III Benny K. Harman dengan Ketua Yayasan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim, di Masjid Padepokan, Probolinggo, Jawa Timur, akhir pekan. [DPR]

Katanya, Dimas Kanjeng memiliki kemampuan metafisika atau spiritual.

Suara.com - Komisi III DPR RI menghormati dan menghargai masyarakat Indonesia yang berada di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi. Karena para pengikut Dimas Kanjeng yang datang ke Padepokan bermacam-macam agama. Seperti Islam, Budha, Hindu, Khonghucu, Kristen bahkan Katholik ada di sini.

"Tempat ini diciptakan sedemikian rupa sehingga menjadi tempat yang kondusif bagi para santri untuk lebih mendekatkan diri dengan Yang Maha Penciptanya. Itu sisi positifnya," kata Wakil Ketua Komisi III Benny K. Harman usai pertemuan tim kunjungan spesifik Komisi III DPR dengan Ketua Yayasan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim, di Masjid Padepokan, Probolinggo, Jawa Timur, akhir pekan.

Politisi Fraksi Partai Demokrat mendapatkan cerita bahwa Dimas Kanjeng memiliki kemampuan metafisika atau spiritual. Yakni, kemampuan untuk mengadakan uang. Walaupun belum diketahui, apakah uang yang diadakan oleh Dimas Kanjeng ini asli atau palsu.

“Yang jelas dari segi otoritas yang menerbitkan uang tentu ini tidak boleh. Karena Undang-undang Mata Uang menegaskan yang punya wewenang untuk mengeluarkan uang hanya Bank Indonesia (BI). Lembaga yang lain juga tidak boleh, apalagi di luar itu jelas tidak boleh. Karena itu, apabila ini benar maka tentu menjadi masalah hukum dan itu urusan penegak hukum,” kata Benny.

Menurutnya masalah yang berkenaan dengan problem hukum di sini tentu sepenuhnya menjadi urusan penegak hukum untuk dilaksanakan dan diproses sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku.

“Komisi III DPR meminta aparat penegak hukum untuk melakukan penanganan hukum sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku tanpa menghilangkan hak para santri untuk tetap melakukan meditasi dan mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa disini," kata dia.

Saat ditanya, apakah ada rencana paksa pemulangan para santri yang ada di Padepokan, Benny menjawab tidak ada rencana itu. Karena itu hak setiap orang dan hak asasi manusia. Karena ini Padepokan, jadi setiap orang punya hak di sini. Tapi kalau ada kriminalitas di Padepokan Dimas Kanjeng, kata dia, tentu akan meminta aparat penegak hukum untuk melakukan penanganan sesuai dengan mekanisme hukum yang berlaku.

"Saya tegaskan sekali lagi, apabila ada kriminalisasi, ada penipuan, dan ada masalah hal-hal yang melanggar hukum disini tentu itu menjadi urusan penegak hukum," kata politisi dari dapil NTT.

Sementara Marwah Daud Ibrahim mengatakan kegiatan ibadah di Padepokan Dimas Kanjeng dilakukan dengan agamanya masing-masing. Seperti umat Kristiani mereka mengadakan ibadah sendiri-sendiri, begitu juga yang Hindu. Sedangkan bagi umat Islam mereka istiqosah atau berdoa bersama.

"Jadi yang diingatkan kepada santri adalah mereka harus mengikuti konstitusi dan mengikuti perintah agama masing-masing," kata Marwah Daud.

“Saya mengagumi orang yang mempunyai kemampuan seperti Dimas Kanjeng, mempunyai kemampuan khusus. Beliau bisa mengambil dimensi inmaterial dan kadang-kadang bisa memindahkan dimensi yang kita lihat, jadi ini aset,” Marwah menambahkan.

Ketika uang diperlihatkan saat ada peresmian kantor setelah itu bisa dihilangkan, kata dia, tidak tahu uang itu berada dimana. Tapi hampir setiap saat Dimas Kanjeng selalu menghitung uang seperti yang terlihat di Youtube, dan ini bukan sulap karena disaksikan seribu santri yang melihat langsung.

Jadi di sini, menurut Marwah, tidak ada penggandaan uang, tetapi pengadaan uang atau mengadakan uang, yaitu dari tidak ada menjadi ada.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI