2018, Nilai Ekspor Sumsel ke Luar Negeri Meningkat

Fabiola Febrinastri
2018, Nilai Ekspor Sumsel ke Luar Negeri Meningkat
DPR mengunjungi kantor SKIPM Palembang, Sumsel, Sabtu (28/4/2018). (Sumber: Istimewa)

Pemerintah Sumsel telah menyiapkan lahan seluas 9,7 ha.

Suara.com - Komisi IV DPR RI mengapresiasi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang sudah menyiapkan 9,7 ha lahan untuk kantor baru Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM) Kelas II Palembang, yang terletak di Jalan Soekarno Hatta. Namun lahan itu dinilai cukup jauh dari kawasan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang.

Ketua Komisi IV, Edhy Prabowo minta agar SKIPM tetap memiliki kantor atau stasiun pengawasan lalu lintas pengiriman ikan yang berada di kawasan Bandara SMB II Palembang, atau seperti kantor yang ditempati sekarang. Pihaknya minta SKIPM di kawasan Bandara SMB II yang ada saat ini  jangan sampai tidak difungsikan.

“Pemerintah Sumsel telah menyiapkan lahan seluas 9,7 ha, yang rencananya akan dibangun kantor pusat SKIPM, di Jalan Soekarno Hatta, Palembang. Itu ide yang bagus, tetapi yang harus diingat adalah jangan sampai SKIPM di Bandara SMB II tidak lagi difungsikan. Konsep karantina adalah pelayanan untuk masyarakat, juga sebagai penghukuman jika ada pelanggaran,” jelas Edhy, saat memimpin kunjungan kerja Komisi IV ke kantor SKIPM Palembang, Sumsel, Sabtu (28/4/2018).

Politisi Partai Gerindra itu menyerahkan sepenuhnya terkait letak SKIPM di Bandara SMB II. Menurutnya, keberadaan SKIPM di bandara merupakan hal yang penting.

“Bagaimanapun juga, tidak banyak masyarakat yang tahu, jika membawa ikan di bandara harus masuk ke karantina lebih dulu. Maka itu, harus ada pelayanan di bandara,” imbuh Edhy.

Sementara itu, Kepala Badan Karatina Ikan, Pengendalian Mutu dan Kemanan Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rina menambahkan, pihaknya sangat berterimah kasih kepada gubernur Sumsel yang sudah menyiapkan lahan untuk pembangunan SKIPM Sumsel.
Ia menjelaskan, pada 2017, nilai ekspor dari Sumsel sebesar USD 12,8 juta, dengan komoditas utama udang (66,8 persen), paha kodok (18,4 persen), dan sidat (12,4 persen), dengan negara tujuan utama Jepang (43,0 persen), Uni Eropa (20,3 persen) dan Amerika Serikat (18,3 persen).

Pada 2018 (periode Januari-Februari), ekspor Sumsel mencapai USD 1,83 juta, atau meningkat sebesar 64,3 persen dengan volume sebesar 450 ton atau meningkat 87,6 persen.

“Dibandingkan pada periode sebelumnya, tahun 2017, dengan komoditas utama udang, sidat dan paha kodok, meningkat. Ini menjadi faktor peningkat ekspor di Sumsel,” jelasnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI