Kebutuhan Energi di Batam Turun karena Banyak Pabrik Tutup
Salah satu pabrik yang tutup adalah industri perkapalan.
Suara.com - Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Herman Khaeron, yang juga Ketua Tim Kunjungan Kerja Komisi VII DPR RI ke Provinsi Kepulauan Riau, mengatakan, penurunan kebutuhan energi di Batam disebabkan oleh banyaknya pabrik atau industri yang sudah tutup. Salah satunya, industri docking atau perkapalan.
“Industri perkapalan menurun drastis. Sebanyak 120.000 tenaga kerja sudah keluar dari Batam, sehingga sangat situasional dan harus dihitung ulang secara cermat, bagaimana kebutuhan energi mempengaruhi nilai pendapatan korporasi,” ujar Herman, di Batam, Kepri, Minggu (28/4/2018).
Ia mengatakan, PLN di Batam, yang dulu tumbuh antara 7 - 8 persen, sekarang pertumbuhannya hanya 1,7 persen. Untuk gas di PGN pun menurun. Biasanya pertumbuhannya mencapai 3 - 4 persen, saat ini hanya sekitar 1 - 2 persen.
Hal itu mempengaruhi kebutuhan atau permintaan energi lainnya, termasuk juga Pertamina, yang juga mengalami hal serupa. Penurunan ini terjadi sejak 2016.
“Saya kira, penurunan permintaan itu bukan karena persoalan turunnya permintaan dari konsumen, tapi menurut saya, ini dipengaruhi oleh minusnya pertumbuhan di PLN dan PGN. Saya kira, ini juga sejalan dengan turunnya pertumbuhan di Pertamina,” imbuh politisi Partai Demokrat itu.
Herman menambahkan, perhitungan kebutuhan energi harus lebih tepat. Jangan sampai daerah yang secara linear menurun, tetapi kuotanya dialokasikan sebesar saat kebutuhannya memuncak.
“Ini akan anomali dengan daerah lainnya yang betul-betul kekurangan,” tutupnya.