Hubungan Dagang Indonesia - Korea Selatan Harus Ditingkatkan
Pada 2017, nilai perdagangan Indonesia - Korea mencapai 16,3 miliar USD.
Suara.com - Ketua DPR, Bambang Soesatyo, menegaskan, hubungan Indonesia dengan Korea Selatan yang telah ditingkatkan sejak 2017 menjadi special strategic partnership harus membawa manfaat berimbang bagi kedua negara. Kerja sama yang dilakukan harus mampu meningkatkan dan menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia - Korea Selatan.
"Potensi perdagangan kedua negara sangat besar. Pada 2017, nilai perdagangan Indonesia - Korea tercatat 16,3 miliar USD. Melihat tren saat ini, saya yakin di 2018, nilainya akan meningkat menjadi 20 miliar USD, dan akan mencapai 30 miliar USD pada 2022. Kuncinya, kedua negara harus saling terbuka dan membantu berbagai kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing negara," ujar Bamsoet, saat menerima Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, H.E. Mr. Kim Chang Beom, di ruang kerja Ketua DPR, Jakarta, Selasa (26/6/2018).
Ia menambahkan, di bidang industri pertahanan, perusahaan Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding dan Marine Engineering (DSME) dan PT PAL Indonesia telah bekerja sama dalam pembuatan 3 kapal selam untuk TNI AL. Peluncuran pertama dilakukan pada 24 Maret 2016, kedua pada 24 Oktober 2016.
Pembuatan kapal selam kedua dan ketiga dalam proses, dengan target penyelesain pada 2019.
"Setelah pembuatan kapal selam Korea Selatan untuk Indonesia, saya harap, rencana pemerintah Korea Selatan untuk membeli pesawat Indonesia CN235, NC212 dan N219 bisa direalisasikan. Saya juga menyambut baik kesepakatan Indonesia dengan Korea Selatan dalam pembuatan jet tempur KFX/IFX (Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment). Mudah-mudahan setidaknya pada 2026, pesawat tersebut sudah memiliki sertifikasi. Ini sebagai pembuktian kepada dunia, bahwa Asia juga digdaya dalam pembuatan alutsista tempur," tutur Bamsoet.
Secara khusus, Politisi Partai Golkar ini juga minta pemerintah Korea Selatan untuk memberikan perhatian lebih terhadap tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sana. Perlindungan yang diberikan selama ini sudah berjalan baik, diharapkan jangan sampai mengendur.
"Tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan sangat besar. Perlindungan dan keamanan tenaga kerja Indonesia di luar negari menjadi salah satu perhatian utama DPR dan pemerintah Indonesia. Saya ucapkan terimakasih atas perlindungan dan perhatian yang selama ini sudah diberikan pemerintah Korea Selatan," kata Bamsoet.
Selain hubungan bilateral, kerja sama Indonesia - Korea Selatan juga terjalin dalam forum internasional lainnya. Salah satunya, dalam forum MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia), yang mempunyai tujuh area utama kerja sama, yaitu melawan terorisme, komersial dan ekonomi, energi, pembangunan berkelanjutan, kesetaraan gender, operasi pemeliharaan perdamaian, tata kelola pemerintahan dan demokrasi yang baik.
"Pada 2018, Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan MIKTA, setelah tahun sebelumnya dipegang Turki, yang fokus pada isu terorisme dan kerja sama ekonomi. Tahun ini, kita akan melanjutkan pada isu perdamaian dan tata kelola pemerintahan dan demokrasi yang baik. Isu perdamaian sejalan dengan peran Indonesia yang baru terpilih menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2019-2022. Saya harap, Korea Selatan bisa mendukung hal ini," terang Bamsoet.
Menyambut penjelasan Bamsoet, Mr. Kim Chang Beom, menyampaikan, pemerintah Korea Selatan sejalan dengan Indonesia dalam mewujudkan perdamaian dunia. Pada Asian Games 2018, yang akan diselenggarakan di Indonesia, Korea Selatan akan mengajak Korea Utara dalam parade pembukaan dan penutupan.