DPR Minta Menteri BUMN Fokus Sehatkan Perusahaan Pelat Merah

Fabiola Febrinastri
DPR Minta Menteri BUMN Fokus Sehatkan Perusahaan Pelat Merah
Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina. (Dok : DPR)

Indonesia memiliki size ekonomi di peringkat 16 besar dunia.

Suara.com - Anggota Komisi VI DPR RI, Nevi Zuairina menyoroti tentang sepuluh perusahaan pelat merah yang memiliki utang terbesar. Nevi mendorong agar Menteri BUMN Kabinet Indonesia Maju bisa fokus untuk lebih menyehatkan kondisi yang ada dalam waktu satu tahun ke depan.

Menurutnya, perusahaan dengan utang terbesar itu, merupakan perusahan-perusahaan besar menjadi andalan negara.

Adapun perusahaan pemilik utang terbesar yang dimaksud legislator Fraksi PKS itu adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Taspen, PT. Waskita Karya Tbk, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Pupuk Indonesia.

“Perusahaan perbankan, energi, telekomunikasi dan infrastruktur, semua adalah andalan negara sebagai perwajahan kekuatan bangsa dalam mengelola sumber daya. Ini perlu penyehatan yang kuat agar lebih mandiri, merdeka dari hutang sehingga mampu memberikan sebesar-besarnya kontribusi dan manfaat untuk mayoritas rakyat Indonesia,” ucap Nevi dalam berita rilisnya, Senin (4/11/2019).

Baca Juga: DPR Sahkan Idham Azis Sebagai Kapolri

Nevi mengatakan, Kementerian BUMN agar terus waspada terhadap utang BUMN ini. Tercatat lima tahun terakhir, utang BUMN telah melonjak sangat besar. Pada Juli 2019, Utang Luar Negeri (ULN) BUMN Indonesia mencapai 52,8 miliar dolar AS.

Meski hutang-hutang BUMN ini masih belum mengganggu arus kas, namun keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena akan berdampak pada adanya risiko kontijensi atau ketidakpastian untuk RI.

Utang luar negeri BUMN RI telah mengalami peningkatan sehingga tergambar sebagai tren. Kenaikan lebih dari 6,3 miliar dolar AS atau sekitar 13,8 persen hanya dalam waktu 6 bulan saja di periode Januari sampai Juli 2019.

Angka ini memiliki proporsi sebesar 26,7 persen bila dibandingkan dengan total utang luar negeri swasta pada Juli 2019, tambahnya.

Ia menyampaikan, hingga saat ini hutang dan kinerja buruk BUMN itu yang menjadi salah satu faktor mengapa hanya 2 BUMN Indonesia yang berhasil menembus deretan 500 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Fortune. Padahal Indonesia memiliki size ekonomi di peringkat 16 besar dunia dalam kategori negara dengan perekonomian terbesar. Indonesia pun masuk anggota G20.

Baca Juga: Kadiv Humas Polri Ditanya Kasus Novel di DPR: Tak Bisa Kami Bongkar di Sini

“Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) senilai 862 miliar dolar AS (tahun 2016), diperkirakan tahun 2030 nanti, ekonomi Indonesia akan menduduki ranking 7 besar dunia, sejajar dengan Amerika Serikat dan China,” katanya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI