Target Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2021 Dinilai Masih Terlalu Tinggi
Hal tersebut berkaitan dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
Suara.com - Meski menyetujui Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) Tahun Anggaran 2021 yang telah dipaparkan oleh pemerintah sebelumnya, namun Fraksi Partai Gerindra memberikan beberapa catatan.
Salah satunya terkait target pertumbuhan ekonomi tahun 2021, yang dipatok pemerintah dinilai terlalu tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan ketidakpastian yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum bisa dipastikan kapan akan berakhir.
"Agar penyusunan, perumusan KEM-PPKF lebih teliti, detail, dan tertib dengan pertimbangan ekonomi dunia dan domestik di masa pandemi ini, agar target dan outlook realisasi tidak terlalu besar mengingat pandemi Virus Corona belum diketahui kapan berakhir dan dampak ke depannya," ujar anggota Komisi XI DPR RI, Soepriyatno, saat membacakan Pandangan Fraksi Partai Gerindra atas keterangan pemerintah terhadap KEM PPKF Tahun 2021 pada Sidang Paripurna di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (15/6/2020).
Dengan tingginya target pertumbuhan ekonomi pemerintah dalam RAPBN Tahun 2021 tersebut, Fraksi Partai Gerindra khawatir, hal tersebut dijadikan alasan defisit yang kian lebar. Hingga kemudian diselesaikan dengan cara kembali meningkatkan rasio utang pemerintah.
Baca Juga: Pimpinan DPR ke Bintang Emon: Terus Berkarya Suarakan Kebenaran
Perekonomian domestik dan global masih diliputi perlambatan akibat pandemic Covid-19. Oleh karena itu, Fraksi Partai Gerindra berharap angka-angka proyeksi KEM-PPKF Tahun 2021 khususnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tidak disusun secara over confidence.
Sebagaimana diketahui, pada Sidang Paripurna DPR RI sebelumnya, Selasa 12 Mei 2020, pemerintah melalui Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati memaparkan KEM-PPKF, dengan mematok pertumbuhan ekonomi pada tahun depan mencapai 4,5 - 5,5 persen. Inflasi 2- 4 persen, tingkat suku bunga SBN 10 tahun sebesar 6,67- 9,56 persen.
Sementara nilai tukar rupiah dipatok Rp 14.900 hingga Rp 15.300 per dolar AS, sedangkan harga minyak mentah Indonesia dipatok dengan harga 40-50 dollar AS per barrel, Lifting minyak bumi sebesar 677-737 ribu barrel per hari, lifting gas bumi sebesar 1 juta-1,17 juta barrel setara minyak per hari.