Covid-19 Lahirkan Habit Global Baru dalam Tatanan Reformasi Birokrasi

Fabiola Febrinastri | Dian Kusumo Hapsari
Covid-19 Lahirkan Habit Global Baru dalam Tatanan Reformasi Birokrasi
Anggota Komisi II DPR RI Hugua. (Dok : DPR).

Setiap orang akan cenderung memikirkan masalah kesehatan, kebersihan, dan juga keamanan.

Suara.com - Anggota Komisi II DPR RI, Hugua mendukung dilakukannya penambahan anggaran yang diajukan oleh kementerian/lembaga, yang merupakan mitra kerja Komisi II DPR RI, namun dengan beberapa harapan-harapan atas perbaikan yang juga harus dilakukan oleh kementerian/lembaga tersebut.

Menurutnya, masa pandemi Virus Corona (Covid-19) ini melahirkan satu cara pandang dan paradigma baru, karena biasanya pada sebuah tragedi melahirkan sebuah peluang sehebat tragedi yang terjadi.

“Saya meyakini bahwa new normal ini sebetulnya sebuah langkah sustainable. Oleh karena itu, reformasi birokrasi mestinya bukan hanya pada masa pandemi hingga nanti ketemu vaksinnya. Tetapi bagi kita ini adalah sebuah habit (kebiasaan) global,” ucap Hugua, saat Rapat Kerja dan RDP Komisi II DPR RI dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepala Badan Kepegawaian Negara, dan Ketua Komisi Aparatur Sipil Negara di Gedung Nusantara, Senayan, Jakarta, Selasa (23/6/2020).

Dalam pandangannya, ada tiga hal yang terkait dengan habitglobal tersebut, yakni setiap orang akan cenderung memikirkan masalah kesehatan, kebersihan, dan juga keamanan.

Baca Juga: Komisi VII DPR Kecewa, Menteri ESDM Hapus Program untuk Rakyat Kecil

Ini berkaitan dengan jarak penataan ruang dan juga penataan kursi di tempat kerja, pertanyaannya apakah anggaran untuk hal itu sudah dipikirkan.

Terkait Working From Home (WFH) atau bekerja dari rumah oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS), politisi PDI-Perjuangan ini mengatakan bahwa hal itu akan terus berjalan, oleh karenanya harus diatur dengan suatu tata kerja.

Berkaitan tiga hal tersebut, ia mempertanyakan bagaimana mengukur performance setiap PNS atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Kalau hal ini tidak diantisipasi dengan performance indikator yang kuantitatif, maka berpotensi menjadi masalah pada saat penerapannya.

Terhadap masalah penerimaan pegawai negeri, Hugua menyampaikan, masih ada utang politik kepada tenaga honorer K2. Apakah ke depan dipikirkan mengenai masalah penerimaan ini.

“Oleh karenanya harus ada roadmap untuk kita melaju, sehingga dalam jangka waktu tertentu paling tidak mereka mempunyai harapan dan sedikit demi sedikit persoalan ini menjadi terselesaikan. Jangan menerima (pegawai) baru, tetapi orang yang secara politik kita nyatakan sebagai keputusan lebih awal malah diterbengkalaikan,” tandasnya.

Baca Juga: Polemik RUU HIP, Menteri Mahfud Sebut Pemerintah Tak Bisa Cabut Usulan DPR

Sementara itu, MenPAN-RB, Tjahjo Kumolo mengatakan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan masalah anggaran dan perencanaan program, target pemerintah mengenai penataan sistem manajemen SDM ASN dengan konteks tatanan baru, semua (masih) sama, tetapi tatanan barunya yakni mengharuskan (setiap pegawai) menggunakan masker, adanya jarak meja/kursi antara satu dengan yang lainnya, diharuskan mencuci tangan secara rutin, mengurangi kunjungan kerja ke daerah dan rapat terbuka maupun di kantor dengan peserta yang banyak.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI