Gobel dan Teten Sepakat Lindungi UMKM dari Produk Impor

Fabiola Febrinastri | Iman Firmansyah
Gobel dan Teten Sepakat Lindungi UMKM dari Produk Impor
Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel. (Dok: DPR)

Gobel meminta kepada pemerintah untuk melarang impor produk ekonomi yang berbasis budaya bangsa.

Suara.com - Wakil Ketua DPR RI, Rachmat Gobel dan Menteri Koperasi dan UMKM, Teten Masduki menyatakan prihatin terhadap kondisi UMKM Indonesia akibat serbuan produk impor. Karena itu, baik Gobel maupun Teten memiliki kesamaan gagasan dan sikap untuk melindungi UMKM dari produk impor.

“Ini sangat penting bagi masa depan Indonesia,” kata Gobel saat menerima Menteri Teten di rumah dinasnya, Jumat (7/4/2023).

Keduanya mendiskusikan tentang masalah koperasi dan UMKM, termasuk juya membahas soal produk herbal seperti jamu, wellness, dan fitofarmaco. Mereka juga membahas produk tekstil tradisional Indonesia seperti batik, songket, tenun, dan kain karawo. Selain itu mereka juga membahas tentang impor garmen dan kain bekas. “UMKM harus menjadi tuan rumah di negerinya sendiri, bahkan bisa menjadi salah satu pilar ekspor produk Indonesia,” kata Politisi Fraksi Partai Nasdem ini.

Pimpinan DPR Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan (Korinbang) ini juga mengatakan, perlindungan, penguatan, dan pemberdayaan terhadap UMKM memiliki makna strategis bagi ekonomi nasional dan ketahanan nasional. Ia menyebutkan sejumlah alasan, yaitu Pertam UMKM menyerap tenaga kerja yang sangat besar; Kedua, jumlah UMKM sangat besar; Ketiga, produk UMKM memiliki kandungan lokal yang sangat besar; Keempat, UMKM merupakan pilar utama nasional dalam menghadapi beragam krisis nasional; Kelima produk-produk UMKM banyak yang merupakan wujud dari kebudayaan nasional seperti batik, handicraft, tenun, songket, jamu, dan sebagainya; dan Keenam, basis UMKM berada di desa sehingga berada di akar rumput.

Baca Juga: Gempar! Aksi Jefri Nichol Lempar Bangkai Tikus di Gedung DPR saat Demo Penolakan UU Cipta Kerja Viral di Media Sosial

“Ekonomi yang berbasis budaya selalu mengandung filosofi budaya kita dan itu diwariskan dari generasi ke generasi. Sejarahnya sangat panjang. Jika ekonomi berbasis budaya ini punah maka kita akan kehilangan pijakan,” katanya.

Karena itu, Gobel meminta kepada pemerintah untuk melarang impor produk ekonomi yang berbasis budaya bangsa, seperti batik, songket, tenun, dan sebagainya. Bahkan Teten juga menyebutkan ihwal kasus yang menimpa salah satu jenis sarung produk Pekalongan dan Tegal yang sering disebut sebagai sarung toldem. Sarung produk UMKM ini diekspor ke negara-negara Afrika, namun mulai ditiru oleh China.

“Jika kita membiarkan ini terus-menerus, maka pada saatnya industri batik kita akan punah dalam beberapa generasi ke depan. Lalu generasi mendatang tak bisa lagi membatik dan batik menjadi sesuatu yang asing. Kita jangan mengulang kesalahan pada kasus rotan karena membuka keran ekspor rotan asalan dan mematikan sebagian besar industri rotan nasional. Padahal sebelumnya Indonesia menjadi eksportir produk kerajinan rotan dari UMKM,” kata Gobel.

Teten dan Gobel juga berbagi cerita tentang ancaman produk garmen impor terhadap industri garmen skala rumah tangga dan skala kecil. Hal itu ia saksikan sendiri di sentra-sentra konveksi di Jawa Barat yang mulai kepayahan dalam menghadapi serbuan impor ini. Keduanya juga sepakat untuk tetap melarang impor pakaian bekas.

“Jika ada pakaian bekas maka itu ilegal, karena itu dilarang sejak 2015,” kata Teten.

Baca Juga: Duh Jefri Nichol Terang-terangan Lempar Bangkai Tikus ke Gedung DPR

Lalu, Gobel menambahkan bahwa selalu alasannya agar rakyat bisa membeli barang murah. Tapi industri konveksi yang terancam oleh pakaian bekas juga isinya rakyat. Karena industri konveksi ini industri rumahan. "Jadi, pada akhirnya kita harus menentukan akan memilih rakyat yang mana. Tentu sebagai bangsa yang waras akan memilih yang bernilai strategis dan produktif,” tegasnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI