DPR Prihatin, Gas dari Kepri Diekspor ke Singapura dan Tak Perhatikan Kebutuhan Dalam Negeri

Fabiola Febrinastri
DPR Prihatin, Gas dari Kepri Diekspor ke Singapura dan Tak Perhatikan Kebutuhan Dalam Negeri
Anggota Komisi VII DPR RI, Asman Abnur. (Dok: DPR)

Pertumbuhan industri Batam saat ini sekitar 16 persen di atas rata-rata nasional.

Suara.com - Anggota Komisi VII DPR RI, Asman Abnur menyatakan prihatin dengan kondisi gas Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau, yang lebih dominan diekspor ke Singapura. Padahal posisinya ke Batam, notabene hanya berjarak beberapa kilometer saja.

“Kita tahu Batam dan Singapura hanya berjarak sekitar 18 kilometer. Cuman sayangnya, potensi gas kita ini untuk Batam masih sedikit dibanding ke Singapura. Seharusnya Batam yang harus diutamakan dibanding Singapura, sehingga kawasan Batam ini bisa menjadi alternatif Singapura untuk berinvestasi,” ujar Asman, saat Kunjungan Kerja Reses Komisi VII DPR RI ke Batam, Kepulauan Riau, Rabu (6/12/2023).

Politisi dari Fraksi PAN ini menjelaskan bahwa sebelumnya ada keinginan dari Singapura untuk berinvestasi di Batam, Indonesia, mengingat keterbatasan infrastruktur di negerinya. Namun sayangnya, hal itu tidak jadi direalisasikan alias dibatalkan, karena Indonesia malah “menyediakan” fasilitas yang dibutuhkan Industri Singapura, sehingga Industri negara tetangga tersebut kembali bangkit dan tumbuh, tanpa harus berinvestasi di Batam. Padahal hal tersebut sejatinya merugikan Indonesia.

“Yang terpenting bahan bakunya (gas) kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri. Kalau kita perkuat Singapura-nya dengan harga yang murah dan gas yang Natuna masih dengan harga yang lama, mereka tidak akan membuat industrinya di Batam. Itu saja yang membuat saya sangat prihatin,” tambah Politisi Fraksi PAN ini.

Baca Juga: Tinjau Sentra Payung Lukis di Klaten, Puan Dorong Tingkatkan Promosi Demi Tarik Minat Anak Muda

Oleh karena itu, menurut legislator dapil Kepulauan Riau ini, sudah saatnya pengambil kebijakan bersikukuh untuk tidak perlu lagi membuat tumbuh industri di Singapura lewat ekspor gas Indonesia, sehingga Batam bisa merasakan nilai tambahnya. Apalagi pertumbuhan industri Batam saat ini sekitar 16 persen di atas rata-rata nasional. Artinya terjadi peningkatan kebutuhan gas dan listrik oleh Industri di Batam, belum lagi peningkatan kebutuhan gas rumah tangga.

“Terkait harga (gas), itu tergantung dari kebijakan pemerintah. Kalau harga di Singapura lebih mahal, sudah kita sesuaikan dengan yang di Batam. Yang terpenting di sini, bahan bakunya kan kita yang punya, sehingga sudah sebuah keharusan untuk mendahulukan kebutuhan gas dalam negeri. Apalagi sekitar Kepulauan Riau, Bintan juga memiliki industri, Kawasan Ekonomi Khusus yang butuh support dari gas dan listrik yang cukup tinggi,” pungkasnya. 


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI