Gempa Sukabumi Diduga Terkait Gunung Salak, Puan Minta Pemerintah Siaga
Puan mengingatkan agar tidak ada kekurangan dalam sistem deteksi dini kebencanaan, agar kejadian seperti di Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar).
Suara.com - Ketua DPR RI, Puan Maharani meminta Pemerintah makin siaga menyusul analisa dari BMKG yang menduga Gempa M 4,6 di Sukabumi tadi pagi berkaitan dengan aktivitas Gunung Salak. Gempa di Sukabumi ini pun turut terasa hingga ke sejumlah wilayah lain, termasuk Bogor dan Tangerang.
“Diperlukan analisa dan langkah mitigasi lanjutan atas gempa yang terjadi di Sukabumi demi memastikan keselamatan masyarakat sekitar, apalagi gempa diduga berasal dari gempa vulkanik,” kata Puan, Kamis, (14/12/2023).
Berdasarkan keterangan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa Sukabumi pagi tadi merupakan jenis gempa swarm yang memiliki kaitan dengan aktivitas vulkanik, sehingga gempa tersebut diduga berkaitan dengan aktivitas Gunung Salak.
Namun kemungkinan itu masih didalami, dan BMKG tengah melakukan koordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Puan mengingatkan agar tidak ada kekurangan dalam sistem deteksi dini kebencanaan, agar kejadian seperti di Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) tak terulang kembali.
“Belajar dari erupsi Gunung Marapi, kewaspadaan harus menjadi prioritas. Kita tidak ingin ada lagi korban akibat kurang maksimalnya sistem deteksi dini,” ucap perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI tersebut.
“Jangan sampai ada gangguan dari sistem pemantauan gunung berapi, yang mengakibatkan sistem peringatan dini menjadi tidak berfungsi,” sambung Puan.
Seperti diketahui, sebanyak 75 orang pendaki terjebak saat Gunung Marapi erupsi pada 3 Desember lalu di mana 23 di antaranya dilaporkan meninggal dunia dan belasan lainnya mengalami luka-luka. Penyebab banyaknya korban meninggal dunia diduga karena kurangnya sistem deteksi dan prosedur keselamatan yang diabaikan, termasuk tak adanya peringatan dari pihak pengawas.
“Maka penting sekali untuk kita pahami bersama, sistem peringatan dini tidak boleh dianggap enteng,” tegas Puan.
Terkait Gempa Sukabumi, mantan Menko PMK itu mendorong Pemerintah untuk bersikap proaktif dalam memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak. Apalagi, kata Puan, gempa juga berdampak hingga daerah lain seperti di Bogor.
Baca Juga: Ketua DPR Dorong PT Freeport Indonesia Tingkatkan Kemanfaatan Bagi Rakyat Papua
"Pemerintah harus segera mengirimkan bantuan yang dibutuhkan serta mempercepat pendataan rumah-rumah yang rusak agar bisa cepat diperbaiki,” tuturnya.
Menurut informasi terbaru Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB), gempa di Sukabumi menyebabkan 347 jiwa terdampak dengan rincian 309 warga Kabupaten Bogor dan 38 warga Kabupaten Sukabumi. Selain itu 12 warga di Kabupaten Bogor terpaksa mengungsi karena rumahnya rusak akibat gempa.
BNPB juga mencatat gempa menyebabkan 96 rumah rusak dengan rincian 8 rumah rusak sedang dan 81 rumah rusak ringan di Kabupaten Bogor. Lalu 2 rumah rusak sedang dan 5 rumah rusak ringan di Sukabumi.
Dari hasil kaji cepat sementara, diketahui rumah yang terdampak gempa didominasi oleh rumah yang tidak memiliki Sloof pada bangunan. Sloof sendiri merupakan struktur sebuah bangunan yang letaknya ada dibagian fondasi rumah.
Untuk itu, Puan meminta Pemerintah memberi perhatian terkait hal ini saat melakukan rehabilitasi rumah warga yang rusak.
"Kami berharap Pemerintah dapat merespons dengan cepat dan mengoordinasikan upaya pemulihan rumah-rumah yang terdampak agar segera diperbaiki," jelas Puan.
Puan pun menekankan pentingnya penyaluran bantuan kebutuhan pokok bagi masyarakat Sukabumi yang terdampak gempa bumi. Mulai dari obat-obatan, bahan makanan hingga keperluan ibu dan bayi.
“Pastikan kebutuhan masyarakat yang terdampak gempa terpenuhi dengan baik. Pemda harus cepat tanggap mengatasi kebencanaan di wilayahnya,” Politisi Fraksi PDI-Perjuangan tersebut.
Lebih lanjut, Puan meminta Pemda memperbanyak edukasi tentang informasi kebencanaan kepada warganya. Apalagi beberapa wilayah di Kabupaten Bogor serta Kabupaten Sukabumi masuk ke dalam kaki Gunung Salak dan Gunung Gede, di mana keduanya berstatus gunung berapi aktif.
"Termasuk memperkuat sistem early warning khususnya bagi warga yang tinggal di kaki gunung berapi, keselamatan masyarakat harus jadi prioritas,” ucap Puan.
Sebagai informasi, PVMBG mencatat adanya peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Salak. Tercatat ada 8 kejadian gempa tektonik lokal di Gunung Salak pada 6 Desember 2023, 7 kali pada 7 Desember 2023, dan 7 kali pada 8 Desember 2023.
Kepada masyarakat, Puan mengimbau agar mewaspadai adanya erupsi freatik yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Khususnya yang tinggal di sekitar kaki gunung.