Ketua DPR: Indonesia-Selandia Baru Perlu Tingkatkan Kerja Sama

Fabiola Febrinastri
Ketua DPR: Indonesia-Selandia Baru Perlu Tingkatkan Kerja Sama
Ketua DPR, Bambang Soesatyo bertemu Komite Pembangunan Ekonomi Parlemen Selandia Baru, di Gedung Parlemen Selandia Baru di Wellington, AS, Kamis (8/11/2018). (Dok: DPR)

Selandia Baru telah menerima komoditas buah tropis dari Indonesia.

Suara.com - Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, menegaskan, peningkatan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Selandia baru sangat penting. Keduanya sama-sama ingin kerja sama yang terjalin mampu menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan.

Pada 2024, perdagangan bilateral Indonesia dan Selandia Baru diharapkan mencapai Rp 40 triliun, atau sekitar USD 2,9 miliar.

“Saat ini, ekspor Indonesia ke Selandia Baru terus meningkat. Pada 2017, total ekspor Indonesia ke Selandia Baru sebesar USD 437,8 juta, sementara total ekspor Selandia Baru ke Indonesia pada 2017 sebesar USD 751,1 juta. Untuk mencapai target perdagangan senilai USD 2,9 milliar di 2024, perlu kerja sama yang lebih baik antar kedua negara,” ujarnya, saat bertemu Komite Pembangunan Ekonomi Parlemen Selandia Baru, di Gedung Parlemen Selandia Baru di Wellington, AS, Kamis (8/11/2018).

Hadir dalam pertemuan tersebut, Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya, Ketua Fraksi PAN DPR, Mulfachri Harahap, anggota Fraksi Partai Golkar DPR, Mukhamad Misbakun, dan Ahmadi Noor Supit, anggota Fraksi Nasdem DPR, Akbar Faisal, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR, Masinton Pasaribu, serta Staf Khusus Ketua DPR, Yorrys Raweyai dan Yahya Zaini.

Baca Juga: DPR Setuju 55 RUU Masuk dalam Prolegnas Prioritas 2019

Sementara dari Komite Pembangunan Ekonomi Parlemen New Zealand, hadir Ketua Komite Pembangunan Ekonomi, Jonathan Young, dan anggota Komite Melissa Lee, Andrew Falloon, Lawrence Yule, Tamati Coffey, Liz Craig, Simeon Brown, serta Nicola Willis.

Wakil Ketua Umum KADIN ini menuturkan, kerja sama di bidang ekspor non migas dari Indonesia ke Selandia Baru sempat terjadi pasang surut. Pada 2012, ekspor non migas mencapai USD 366 juta, namun pada 2016 menurun 1,62 persen, menjadi USD 357,5 juta.

Beruntung, pada 2017, nilai ekspor Indonesia ke Selandia Baru mengalami kenaikan 15,32 persen menjadi USD 412,4 juta.

“Sementara untuk ekspor non migas dari Selandia Baru ke Indonesia juga mengalami penurunan 3,35 persen, dari USD 696,2 juta pada 2012, menjadi USD 660,9 juta pada 2016. Pada 2017, kinerja impor meningkat 13,66 persen menjadi USD 751,2 juta. Kita harapkan, nilai ekspor kedua negara bisa terus meningkat di tahun mendatang,” papar Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila ini menegaskan, Indonesia terus berupaya membuka akses pasar Selandia Baru, agar menerima berbagai komoditas unggulan Indonesia. Saat ini, Selandia Baru telah menerima komoditas buah tropis dari Indonesia, seperti manggis, salak dan kopi.

Baca Juga: Tuti Dieksekusi Mati, DPR Minta Pengiriman TKI ke Arab Dievaluasi

“Indonesia melihat peluang masuknya buah tropis dari Indonesia ke Selandia Baru masih sangat terbuka. Kami berharap, buah-buahan tropis dari Indonesia, seperti mangga, nanas ataupun pisang dapat segera diekspor ke Selandia Baru,” tutur Bamsoet.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI