DPR dan AS Sepakat Perkuat Kapasitas Parlemen
Untuk check and balances antara legislatif dan eksekutif, Indonesia bisa banyak belajar dari sistem AS.
Suara.com - Anggota Komisi I DPR, Lena Maryana mengatakan, terdapat banyak hal yang bisa dipelajari oleh DPR dari kunjungan delegasi House Democratic Partnership (HDP) Kongres Amerika Serikat (AS), yang diketuai oleh David Price ke Indonesia. Salah satunya terkait independensi anggaran, dimana Kongres AS memiliki Congressional Budget Office, yang memiliki kemandirian dalam menentukan anggaran.
“Kedatangan mereka sekaligus memperkuat kerja sama yang selama ini sudah dilakukan oleh Kongres AS. Ini inisiatif sejak 2007. Kebetulan pada tahun itu, kita belajar tentang penguatan parlemen, misalnya soal independesi anggaran melalui Congressional Budget Office,” ujar Lena, usai pertemuan antara Komisi I DPR, dengan delegasi HDP, di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Selain memiliki badan khusus terkait anggaran, Kongres AS juga memiliki lembaga riset khusus, yaitu Congressional Research Services (CRS), yang dikatakan Lena, memiliki kesamaan dengan Badan Keahlian DPR. Namun CRS dinilai lebih memberikan masukan kepada anggota-anggota parlemen tentang persoalan-persoalan yang tengah dibahas.
“Nah, di Indonesia sendiri, Badan Keahlian DPR ini kan belum begitu banyak dimanfaatkan oleh anggota dewan maupun oleh tenaga ahlinya. Jadi sebenarnya sih tujuannya bagaimana anggota DPR benar-benar perform melaksanakan tugas dan fungsinya, terutama di bidang legislasi, kemudian anggaran dan pengawasan,” imbuh politisi PPP ini.
Baca Juga: Ketua DPR : Geografis Indonesia harus Bisa Dimanfaatkan bagi Kemakmuran
Meski memiliki kesamaan sistem legislasi dua kamar atau bikameral, sistem pemilihan anggota dewan di DPR tentu berbeda dengan pemilihan anggota Kongres AS. Namun legislator daerah pemilihan DKI Jakarta II ini mengatakan, dalam beberapa hal seperti check and balances antara legislatif dan eksekutif, Indonesia bisa banyak belajar dari sistem AS.
“Untuk itu, Congressman David Price dan jajarannya, mereka menawarkan hal yang bisa dibantu oleh mereka dalam rangka memperkuat kapasitas parlemen di Indonesia. Adapun yang sudah berlangsung, penguatan capacity building bagi staf tenaga ahli. Kalau sebelumnya hanya anggota dewan yang diberikan training, tapi sekarang bagi tenaga ahli dan staf Setjen DPR untuk memperkuat tupoksi di DPR,” katanya.
Berkaitan dengan Komisi I, Lena mengatakan, terdapat beberapa hal yang sempat dibahas, diantaranya sektor pertahanan, dimana Price menegaskan bahwa AS, sejak awal mendukung penuh sovereignity atau kedaulatan Indonesia, sehingga Komisi I DPR menyimpulkan munculnya gerakan separatisme di Papua tentu tidak akan didukung oleh AS.
Selain itu, turut dibahas pula soal AS bisa kembali menjadi destinasi utama bagi pelajar-pelajar Indonesia. Hingga saat ini, terdapat 8.000 mahasiswa Indonesia yang menimba ilmu di AS, namun Duta Besar AS mengatakan sekitar 9.000 orang.
“Kami juga meminta bahwa pengajuan visa pelajar-pelajar kita bisa diproses secara cepat dan dikabulkan. Seperti penjelasan dari Dubes, 95 persen visa memang disetujui, tapi kita tak tahu 5 persen-nya ditolak karena apa,” ungkapnya.
Baca Juga: DPR Minta Koopssus TNI Mampu Siap Tempur, Termasuk di Dunia Maya
Mengenai kerja sama bidang militer, Lena menyampaikan, upaya memperkuat kerja sama bidang militer terus dilakukan. Sebelumnya dalam pertemuan dengan Ketua DPR, Bambang Soesatyo, delegasi AS sempat menanyakan kesiapan Indonesia menjadi lead di kawasan ASEAN.