DPR : Perlu Antisipasi Middle Income Trap untuk Pulihkan Ekonomi

Fabiola Febrinastri
DPR : Perlu Antisipasi Middle Income Trap untuk Pulihkan Ekonomi
Anggota Komisi XI DPR RI Puteri Anetta Komarudin. (Dok : DPR)

Indonesia dapat dikatakan masuk ke dalam kategori middle income trap.

Suara.com - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, pada Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (22/6/2020), memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa kembali menyentuh di kisaran 5 persen pada 2021. Proyeksi pertumbuhan ini bisa menjadi titik balik bagi Indonesia pasca tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Anggota Komisi XI DPR, Puteri Anetta Komarudin mengingatkan, selain fokus pada pemulihan, pertumbuhan ekonomi 2021 juga perlu lebih diarahkan agar Indonesia dapat keluar dari perangkap pendapatan menengah (middle income trap) demi mewujudkan Visi Indonesia Maju 2045.

“Fokus pemerintah saat ini, tentunya adalah mengejar pemulihan ekonomi nasional dampak pandemi dengan menggunakan seluruh bauran kebijakan. Harapannya, agar kita dapat kembali optimistis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021. Namun penting untuk diperhatikan pula bahwa pertumbuhan tersebut perlu lebih diarahkan, agar dapat mengatasi tantangan pembangunan lainnya, berupa middle income trap,” kata Puteri, dalam keterangan tertulisnya yang diterima Parlementaria, Selasa (23/6/2020).

Puteri menambahkan, Indonesia dapat dikatakan masuk ke dalam kategori middle income trap, karena pendapatan per kapitanya cenderung stagnan di tingkat pendapatan menengah (1.000–12.000 dolar AS) dan belum mampu keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.

Baca Juga: Puan Maharani : DPR akan Evaluasi Bantuan Sosial Pandemi Corona

Indonesia masih harus bekerja ekstra keras untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi hingga level 7 persen, agar memenuhi kategori sebagai negara maju. Untuk mendukung cita-cita tersebut, Puteri mengatakan, pemerintah harus menemukan struktur ekonomi yang ideal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang tidak lagi bergantung komoditas primer seperti migas.

“Sampai dengan 2018, tren ekonomi Indonesia masih bergantung pada fluktuatifnya harga komoditas primer yang dipengaruhi penawaran dan permintaan pasar global. Oleh karenanya, dengan tren pelemahan harga komoditas global akibat pandemi ini, seharusnya dapat menjadi kesempatan Indonesia untuk memacu diversifikasi ekonomi dengan mengoptimalkan berbagai potensi ekonomi daerah dan memanfaatkan keanekaragaman komoditas yang negara kita miliki,” tutur Wakil Sekretaris Fraksi Partai Golkar ini.

Lebih lanjut ia mengatakan, selain akan mendorong kecepatan pemulihan ekonomi, strategi tersebut menjadi langkah penting untuk mewujudkan Visi Indonesia Maju 2045.

“Harapannya, diversifikasi ekonomi dengan tidak hanya bergantung pada komoditas primer akan mampu menambah daya dorong perekonomian dan mendatangkan arus modal masuk (capital inflow) dan memperbaiki defisit transaksi berjalan (CAD). Dengan begitu, maka Indonesia perlahan mampu mengantisipasi middle income trap dan bergerak menuju tercapainya Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur di tahun 2045,” tutup Puteri.

Baca Juga: Pernyataan "Jokowi Wafat" Tuai Kritik, Tengku Zul Disuruh DPR Istigfar


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI