Demi Perbaikan Lembaga, DPR Gelar "Lomba Kritik DPR 2018"
Ini adalah DPR milennial yang terbuka.
Suara.com - Kritik sangat dibutuhkan dalam kehidupan negara yang demokratis, karena kritik akan membuat sistem politik menjadi sebuah sistem terbuka, yang memiliki pertukaran energi positif dengan lingkungannya. Kritik diperlukan bagi seluruh institusi dan lembaga pemerintahan, termasuk DPR sebagai lembaga legislatif.
Dengan dasar pemikiran sederhana itulah, Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) berinisiatif untuk menggelar "Lomba Kritik DPR 2018". Acara tersebut juga sekaligus dilaksanakan untuk menyongsong HUT DPR tahun ini, yang jatuh pada 29 Agustus 2018.
“Semangat kami mendorong diadakannya lomba kritik DPR terbaik, karena kritik adalah pupuk. Saya ingin DPR tumbuh besar karena diberikan pupuk ‘kritik’. Tanpa kritik, kita tidak tahu dari mana kita akan memulai untuk melakukan perbaikan,” jelas Bamsoet, sapaan akrabnya, di Media Center DPR RI, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/4/2018).
Bamsoet berharap semua pihak dapat ikut mendukung acara tersebut, agar DPR dapat mengetahui hal-hal apa saja yang seharusnya perlu diperbaiki dari DPR.
“Kalau kita (DPR) tidak mau dikritik, maka tidak fair. Kami bersikap terbuka. Silakan kritik kami sekeras-kerasnya, dan kami akan melakukan perbaikan,” ucapnya.
DPR yang sekarang bukanlah DPR yang dahulu. Ini adalah DPR milennial yang terbuka. Seluruh pimpinan DPR mempersilakan seluruh lapisan masyarakat untuk datang ke DPR, melihat DPR dari dekat, dan DPR terbuka bagi informasi apapun.
“Kami akan meluncurkan aplikasi ‘DPR Now’, dimana seluruh kegiatan DPR ini bisa dilihat melalui perangkat handphone. Jadi DPR dalam genggaman rakyat,” ujar politisi Partai Golkar itu.
Lomba Kritik DPR 2018 ini dapat diikuti oleh setiap warga negara Indonesia. Ada dua kategori yang dilombakan, yakni Esai, maksimal 500 kata, kedua, Meme (bisa gambar, karikatur, dan video berdurasi 2 menit). Tidak ada topik khusus dalam Lomba Kritik DPR.
Dewan juri lomba terdiri dari 5 orang, yaitu Profesor Siti Zuhro (pakar politik), Profesor Bambang Wibawarta (pakar budaya), Profesor Martani Huseini (pakar manajemen), Cak Lontong (seniman), dan Effendi Gazali, PhD (pakar komunikasi politik, sekaligus ditunjuk oleh anggota juri sebagai Ketua Dewan Juri).
Sementara itu, Effendi Gazali menyampaikan, walau terbuka lebar untuk kreativitas, namun dewan juri akan mencari karya kritik yang mengarah ke tiga hal, yakni kinerja, pernyataan, dan sikap politik dari anggota maupun pimpinan DPR, atau DPR secara keseluruhan.