Komisi IV Dorong Sumsel Tingkatkan Budi Daya Ikan Air Tawar
Kebutuhan pempek kurang lebih 6,7 juta ton per bulan.
Suara.com - Anggota Komisi IV DPR RI, Fauzih H. Amro, mendorong dan memberikan motivasi kepada nelayan di Sumatera Selatan (Sumsel) untuk meningkatkan budi daya di air tawar. Selain untuk konsumsi langsung masyarakat, hasil budi daya ikan juga dapat digunakan untuk membuat makanan khas Sumsel, yaitu pempek.
“Menurut saya, potensi perikanan, di samping untuk konsumsi masyarakat Sumsel, juga dapat dibuat makanan khas pempek di Kota Palembang. Apalagi kebutuhan pempek kurang lebih 6,7 juta ton per bulan,” kata Fauzih, di sela-sela kunjungan kerja ke Sumsel, baru-baru ini.
Politisi Partai Hanura itu mendorong Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus intervensi kebijakan dalam rangka peningkatan sumber daya perikanan air tawar di Sumsel. Walau demikian, Sumsel masih kekurangan ikan jenis gabus untuk bahan baku pempek.
“Kepada stakeholder kelompok tani dan nelayan, kita berharap, budi daya gabus ini bisa ditingkatkan dari tahun ke tahun, agar bisa bisa memenuhi konsumsi pasar, baik di Sumsel, maupun di luar Sumsel,” tandas Fauzih.
Masalah sarana prasarana juga menjadi sorotan Fauzih. Menurutnya, kampung nelayan di Desa Sungsang, Kabupaten Banyuasin, perlu peningkatan sarana prasarana, seperti pasar modern, pusat kuliner, pasar ikan, dan pangkalan pendaratan ikan (PPI).
“Sungsang merupakan tempat penampung ikan yang luar biasa. Kita menyarankan Pemkab Banyuasin untuk memperbaiki jalan produksi. Kalau jalan itu diperbaiki, Insya Allah ikan di Banyuasin bisa di bawa ke Palembang, Musi Rawas, dan mungkin diekspor,” papar Fauzih.
Di sisi lain, dengan potensi perikanan yang luar biasa, yakni hampir 2,5 juta ha, dengan produksi mencapai 120 ton per ha, politisi dapil Sumsel itu mengusulkan hadirnya Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (SKIPM).