Komisi VI : Masih Banyak Impor, Padahal Daya Saing Indonesia Tinggi
Industri nasional memiliki competitiveness atau kemampuan daya saing yang terbilang tinggi.
Suara.com - Anggota Komisi VI DPR RI, Khilmi menyayangkan, masih banyaknya industri dalam negeri yang mengandalkan barang-barang impor. Padahal menurut Khilmi, secara kemampuan, industri nasional memiliki competitiveness atau kemampuan daya saing yang terbilang tinggi.
Untuk itu, Khilmi mengimbau pemerintah untuk segera merancang grand design strategi besar dalam penanganan ekspor impor dari hulu ke hilir. Dengan demikian dapat tercipta integrasi yang terpadu serta sinergitas yang mumpuni lintas sektor untuk membawa kejayaan industri Indonesia di ranah pentas global.
Hal ini mencuat saat Khilmi mengikuti RDPU Panitia Kerja (Panja) Perdagangan Komoditas Ekspor, dengan menghadirkan Dr. Fithra Faisal Hastiadi dari Universitas Indonesia untuk memberikan masukan terkait peningkatan ekspor komoditas unggulan nasional, di Ruang Rapat Komisi VI DPR RI, Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (18/2/2020).
“Kalau kita bicara ekspor-impor, maka pertama kali kita harus bicara produktivitas dan competitiveness daya saing kita seperti apa. Sebenarnya, soal kemampuan kita ada, tapi kenapa volume perdagangan kita masih dibawah 7 persen, dengan potensi kita yang begitu besar. Maka yang harus kita lakukan, jika bangsa kita ini ke depan ingin menjadi bangsa yang produktif, harus kita adalah harus ada terciptanya grand design atau strategi besar Pemerintah dalam ekspor impor dari hulu ke hilir,” ujar Khilmi.
Baca Juga: DPR Minta Kerahasiaan Data Kemiskinan Terjaga
Selain itu, politisi Fraksi Partai Gerindra tersebut menyoroti protect dari pemerintah Indonesia kepada industri makanan ternak dan industri perikanan yang dinilainya masih kurang. Masih lemahnya proteksi pemerintah tersebut, sambung Khilmi, menyebabkan perdagangan dalam negeri khususnya industri nasional banyak mengandalkan barang-barang impor.
“Di negara-negara lain, untuk makanan ternak dan industri perikanan harganya sangat rendah. Sedangkan, disini kan harga makanan ternak ini kan sangat tinggi. Makanya ayam Brazil, Pakistan, India bisa ke Indonesia. Ini saya minta pemerintah segera memberikan solusi untuk memecahkan akar masalah ini,” tandas legislator daerah pemilihan Jawa Timur X tersebut.