Saleh Daulay Kritisi Anggaran Kemenkes 2021
Saleh mempertanyakan pula pos anggaran untuk persiapan RS rujukan nuklir Rp 1,12 miliar.
Suara.com - Anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay mengeritik anggaran Kementerian Kesehatan 2021. Banyak pos anggaran yang bisa dihemat dan direlokasi untuk kebutuhan mendesak lainnya.
Ia mengaku telah menyisir pos anggaran yang dinilainya tidak jelas. Ada anggaran Rp 84,3 triliun yang bila ditelaah lagi masih bisa dilakukan penghematan.
“Anggaran yang Rp 84,3 triliun itu, kalau kita lakukan penyisiran dan penghematan bisa. Saya sudah melakukan ini. Ini baru saya lakukan di satu dirjen dan dua direktorat. Saya sampaikan, misalnya di Dirjen Yankes ada beberapa catatan penting,” katanya, saat Rapat Kerja dengan Menteri Kesehatan, Senin (8/2/2021).
Catatan penting itu berupa pos anggaran seperti refresing work shop, penanggulangan emergency, dan even olahraga sebesar Rp 846,4 juta. Ada lagi pos anggaran pelaksanaan MotoGP sebesar Rp 856,6 juta.
Baca Juga: Disesalkan Kuasa Hukum Maaher, DPR: Penangguhan Penahanan Tak Bisa Semaunya
Pos ini ia pertanyakan di hadapan Menkes saat rapat, yang katanya seperti menyusun anggaran Kementerian Pemuda dan Olahraga saja. Bahkan, ada pos anggaran sewa helikopter Rp 322 juta.
"Siapa yang mau naik helikopter ini dan mau ke mana," ungkap politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini penuh tanda tanya.
Pos anggaran yang oleh legislator dapil Sumatera Utara II itu terus dipertanyakan adalah pengadaan seragam untuk Sesditjen, pengadaan keindahan kantor di Sesditjen, renovasi kantor, beli enam unit kendaraan untuk eselon II, dan beli meubel.
"Ini semua tidak prioritas dan bisa direlokasi," papar Wakil Ketua MKD DPR RI ini.
Terakhir, Saleh mempertanyakan pula pos anggaran untuk persiapan RS rujukan nuklir Rp 1,12 miliar. Belum diketahui di mana RS nuklir ini akan dibangun.
Baca Juga: DPR Galang Kerjasama dengan Parlemen Uzbekistan
Menurut mantan Ketua Pusat Pemuda Muhammadiyah itu, bila hanya persiapan pembangunan biasanya pos anggaran ini hanya diisi oleh kegiatan diskusi, workshop, atau FGD. Apalagi pelaksanaanya pasti menggunakan aplikasi Zoom.
"Itu modalnya hanya kopi dan pisang goreng saja," keluhnya.