DPR : Perlu Kolaborasi antara Tenaga Mesin dengan Manusia

Fabiola Febrinastri
DPR : Perlu Kolaborasi antara Tenaga Mesin dengan Manusia
Foto Bersama dengan Mahasiswa Universitas Syiah Kuala, Aceh dalam acara Parlemen Kampus 2019. (Dok : DPR)

Mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas (model) yang memiliki paradigma ilmiah.

Suara.com - Mahasiswa merupakan sebuah miniatur masyarakat intelektual yang memiliki corak keberagaman pemikiran, gagasan dan ide-ide yang penuh dengan kreatifitas dalam rangka mewujudkan Tri Darma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian, serta pengabdian pada masyarakat.

Demikian disampaikan anggota Komisi III DPR RI, Nasir Djamil saat membacakan makalah Wakil Ketua DPR RI Koordinator bidang Politik dan Kemananan (Korpolkam) Azis Syamsuddin dalam acara Parlemen Kampus 2019 di Universitas Syiah Kuala, Aceh, Rabu (13/11/2019).

"Sungguh menarik memang jika kita kembali memperbincangkan persoalan kampus dan dinamikanya yang sangat dinamis. Kampus merupakan tempat pengembangan diri yang memberikan perubahan pikiran, sikap, dan pencerahan, tempat mahasiswa lahir menjadi kaum pemikir bebas yang tercerah," katanya.

Dengan sifat keintelektual dan idealismenya, sambungnya, mahasiswa lahir dan tumbuh menjadi entitas (model) yang memiliki paradigma ilmiah dalam memandang persoalan kebangsaan dan kemasyarakatan. Ciri dan gaya mahasiswa terletak pada ide atau gagasan yang luhur dalam menawarkan solusi atas persoalan-persoalan yang ada. 

Baca Juga: DPR Dorong Kemenlu Tingkatkan Diplomasi Ekonomi Melalui Pasar Domestik

"Pijakan ini menjadi sangat relevan dengan nuansa kampus yang mengutamakan ilmu dalam memahami substansi dan pokok persoalan apapun. Dengan kata lain, kampus merupakan laboratorium besar tempat melahirkan beragam ide, pemikiran, pengembangan wawasan yang kemudian diwujudkan dalam bentuk peranan sosial individu mahasiswa tersebut dalam kehidupan kemasyarakatan sebagai bentuk pengabdian masyarakat," ucapnya.

Disampaikannya, mahasiswa yang berada pada usia transisi, yakni berada diantara usia anak dan usia dewasa dimana terjadi proses perkembangan dan perubahan sifat-sifat tradisionalnya menjadi bentuk dan fase yang jauh lebih matang.

Hal ini sejalan dengan pandangan yang menyatakan bahwa kehadiran generasi muda bukan semata-mata gejala demografis, tetapi juga gejala sosiologis dan historis yang memandang generasi muda tidak hanya mengisi sebuah episode generasi baru dalam komunitas masyarakat, tetapi merupakan subjek potensial bagi perubahan komunitas itu sendiri . 

Dalam sejarah peradaban bangsa, lanjutnya, mahasiswa merupakan aset bangsa yang sangat mahal dan tak ternilai harganya. Kemajuan atau kehancuran bangsa dan negara banyak tergantung pada kaum mudanya sebagai agent of change (agen perubahan). Pada setiap perkembangan dan pergantian peradaban selalu ada mahasiswa yang memeloporinya.

"Mahasiswa juga memiliki tanggung jawab yang besar dalam tatanan kehidupan bermasyarakat karena mahasiswa dipandang memiliki kemurnian idealisme; keberanian dan keterbukaannya dalam menyerap nilai dan gagasan baru; semangat pengabdiannya; spontanitas; Inovasi dan kreatifitasnya; keinginan untuk segera mewujudkan gagasan baru; keteguhan janji dan keinginan untuk menampilkan sikap dan kepribadiannya yang mandiri; dan masih langkanya pengalaman yang merelevansikan pendapat, sikap dan tindakannya dengan kenyataan yang ada," tutur Nasir. 

Baca Juga: Ketua DPR Minta Program Deradikalisasi Dievaluasi, Mahfud MD: Tidak Perlu

Ia mengatakan, dalam kaitannya mencari pola penerapan pendidikan karakter, integritas kearifan lokal di masyarakat merupakan gagasan yang perlu diimplementasikan. Kearifan lokal mengandung nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. "Dalam kondisi seperti tersebut di atas, generasi muda dianggap adalah generasi pertama yang harus mendapatkan perhatian yang serius,” ungkapnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI