DPR : Indonesia Terserah Muncul karena Pemerintah Plin-plan soal PSBB

Fabiola Febrinastri | Dian Kusumo Hapsari
DPR : Indonesia Terserah Muncul karena Pemerintah Plin-plan soal PSBB
Anggota Komisi IX DPR RI Netty Prasetiyani. (Dok : DPR).

Masyarakat sudah berfikir cuai atau masa bodoh dengan adanya pandemi Virus Corona (Covid-19).

Suara.com - Ramainya video dan tagar "Indonesia Terserah", yang menyindir aktivitas masyarakat yang nekat berkerumun di sejumlah tempat, mendapat tanggapan dari anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani.

Netty menilai, lahirnya tagar ini karena kebijakan plin-plan dari pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Menurutnya, masyarakat sudah berpikir masa bodoh dengan adanya pandemi Virus Corona (Covid-19).

“Kenapa saya bilang plin-plan? Dulu waktu PSBB, aturannya layanan Bandara Soekarno-Hatta ditutup, bus keluar-masuk Jakarta tidak boleh, dan orang bekerja di luar dibatasi. Tapi sekarang justru oleh pemerintah dibolehkan, meski ada persyaratan. Jadi masyarakat bingung, yang benar yang mana, karena plin-plannya pemerintah soal aturan PSBB,” kritik Netty, dalam rilis yang diterima Parlementaria, Selasa (19/5/2020).

Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, banyak masyarakat yang berkerumun di berbagai tempat seperti di mall, restoran cepat saji Sarinah, terminal, Bandara Soekarno-Hatta dan tempat publik lainnya. Hal itu dinilai Netty, karena kebijakan pemerintah yang membolehkan masyarakat melakukan perjalanan keluar kota dengan beberapa syarat. Namun menurut Netty, syarat-syarat itu mudah dimanipulasi.

Baca Juga: Rapat dengan DPR, KPK Sebut Tengah Dalami Program Kartu Prakerja

"Syarat-syarat seperti surat untuk melakukan pekerjaan dan menjenguk keluarga yang sakit keras itu mudah dimanipulasi. Ini terbukti dengan mengularnya antrean penumpang di Bandara Soekarno-Hatta. Lihat saja, orang-orang bisa datang bersamaan waktu begitu kalau memang untuk keperluan kerja?” ungkap Netty.

Menurutnya, sikap tidak tegas pemerintah pusat juga mulai diikuti pemerintahd aerah. Kota Bekasi misalnya, mulai merancang wilayah zona hijau, dimana mesjid dibolehkan menyelenggarakan salat Idul Fitri.

Kebijakan ini tentu tidak mampu melarang masyarakat dari zona merah untuk berbondong-bondong mendatangi mesjid di zona hijau. Masyarakat memang sudah rindu dengan mesjid. Ia menilai, dengan banyaknya warga yang berkerumun,  dan pergi ke keluar kota, sekarang justru kemunduran sepuluh langkah menangani Covid-19.

Oleh karena itu, ia berharap, pemerintah menemukan cara untuk menyelesaikan masalah ini mengingat kasus Covid-19 di Indonesia masih tinggi.

"Saya berharap, pemerintah punya solusi, karena sudah berapa ribu orang yang lolos mudik akibat aturan yang plin-plan itu. Jika ini tidak segera diatasi, maka tidak menutup kemungkinan ada gelombang-gelombang serangan Covid-19 lainnya yang akan kita hadapi," kata Netty.

Baca Juga: DPR Sudah Ingatkan Pemerintah soal Bank Jangkar

“Saya makin prihatin jika tagar ‘Indonesia Terserah’ ini juga menjadi sikap para tenaga kesehatan. Jika mereka tidak lagi mau menangani pasien akibat kecewa karena anjuran diam di rumah  tidak mendapat dukungan kebijakan yang kuat, apa yang akan terjadi? Mereka sudah berjibaku berada di garis depan dengan mengorbankan diri mereka, tapi Pemerintah plin plan, akhirnya masyarakat pun bersikap tidak peduli. Wajar kalau mereka menyerah,” ujar  politisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) ini.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI