Belum Boleh Belajar Tatap Muka, Putra Nababan Ajak Saling Menguatkan

Fabiola Febrinastri
Belum Boleh Belajar Tatap Muka, Putra Nababan Ajak Saling Menguatkan
Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan. (Dok : DPR)

Peran dan keberadaan orang tua dalam mengawal pendidikan anak memang sering terlupakan.

Suara.com - Anggota Komisi X DPR RI, Putra Nababan mengatakan, kehadiran tim kunjungan spesifik Komisi X DPR RI ke Kota Cilegon, selain untuk menyerap aspirasi terkait pendidikan adalah untuk membesarkan hati para pendidik agar tidak patah semangat dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, karena pandemi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan terjadi di seluruh penjuru dunia.

"Pandemi ini justru adalah waktu dimana kita harus saling menguatkan. Jangan melawan pandemi itu sendiri. Kenapa kita memaksakan diri untuk tetap sekolah bertatap muka, terus kita memaksakan diri untuk hadir fisik, untuk kuliah secara fisik dan bekerja secara fisik dan lain sebagainya, padahal kita tahu bahwa kita baru punya vaksin dan baru menuju ke tahap suntikan kedua,” ujar Putra di Cilegon, Jumat (29/1/2021).

Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu mengajak untuk bersama-sama turut menguatkan semua elemen pendidikan seperti guru, anak didik dan tak kalah pentingnya saat ini adalah orang tua.

“Orang tua itu tidak pernah menempuh pendidikan sebagai guru, mereka tidak pernah disiapkan sebagai tenaga didik tapi mereka mendadak langsung jadi pendidik, langsung jadi guru di rumah masing-masing,” ucapnya.

Baca Juga: Anggota DPR ke Abu Janda: Ia Tidak Hanya Menyakiti Umat Islam

Ia melanjutkan, peran dan keberadaan orang tua dalam mengawal pendidikan anak memang sering terlupakan. Kalau guru dan orang tua bisa bersatu, bisa kompak, bisa bersama-sama, tentunya mereka bisa mengawal pendidikan anak-anaknya. Putra menilai, para pelajar saat ini sebenarnya tidak banyak yang melakukan protes, mereka sudah cukup adaktif dengan apa yang sedang dihadapi sekarang.

“Yang banyak kita dengarkan protes itu justru dari orang tua dan guru. Kenapa? Guru belum mampu menyesuaikan diri bagaimana cara mengajar secara daring. Orang tua yang terbiasa ditinggal anaknya bersekolah selama 7 jam, 8 jam, 9 jam, mendadak ada anak di rumah dari pagi sampai siang bahkan sampai sore. Nah ini penyesuaian seperti ini menurut saya akan memakan waktu agak lama. Bagaimana guru, orang tua dan anak didik kita bisa menyesuaikan,” pungkasnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI