Kesenjangan Distribusi Dunia Perbesar Peluang Produksi Vaksin Dalam Negeri

Fabiola Febrinastri
Kesenjangan Distribusi Dunia Perbesar Peluang Produksi Vaksin Dalam Negeri
Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI). (Dok: DPR)

Negara-negara berkembang hanya mendapatkan alokasi 17 persen sisanya.

Suara.com - Kesenjangan distribusi vaksin Covid-19 antara negara maju dan negara berkembang kian mengkhawatirkan. Semua pemangku kepentingan saat ini, harus bahu-membahu memperbesar peluang produksi Vaksin Covid-19 dari dalam negeri.

“Kami mendorong semua pihak tidak mengedepankan ego sektoral untuk melihat peluang berkembanganya produksi vaksin dalam negeri seperti Vaksin Merah Putih atau Vaksin Nusantara. Peluang sekecil apapun atas kemungkinan produksi vaksin dalam negeri harus kita ambil mengingat kesenjangan distribusi vaksin antara negara maju dan negara berkembang kian jomplang,” ujar Wakil Ketua DPR RI, Abdul Muhaimin Iskandar (Gus AMI), Sabtu (22/5/2021).

Presiden Joko Widodo (Jokowi), saat berbicara dalam Global Health Summit menyatakan kekhawatirannya atas kesenjangan distribusi vaksin Covid-19 dunia. Saat ini, hampir 83 persen produksi Vaksin Covid-19 dunia didistribusikan untuk negara-negara maju, sedangkan negara-negara berkembang hanya mendapatkan alokasi 17 persen sisanya. Padahal kebutuhan vaksin di negara-negara berkembang mencapai 47 persen produksi vaksin dunia.

Gus AMI menjelaskan, kesenjangan distribusi vaksin dunia ini akan menyulitkan posisi dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Mereka akan saling berebut mendapatkan jatah vaksin bagi penduduknya.

Baca Juga: Pelat Nomor Khusus, Ini Identitas Kendaraan Anggota DPR RI

“Keterbatasan akses vaksin bagi negara berkembang akan menyulitkan upaya pembentukan kekebalan komunal (herd immunity). Jika kondisi ini terjadi, maka upaya untuk pengendalian atau mengakhiri dampak pandemi akan semakin sulit,” katanya.

Ketua Timwas Pengendalian Bencana Pandemi Covid-19 DPR RI ini mengungkapkan dampak pandemi Covid-19 di bidang Kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya, begitu luar biasa. Jumlah korban meninggal akibat Covid-19 mencapai puluhan ribu jiwa.

Ribuan triliun anggaran negara telah dikucurkan untuk mengurangi dampak negative pandemic di sektor kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya.

“Saat ini, harapan satu-satunya agar pandemi berakhir adalah terciptanya herd immunity melalui vaksinasi. Masalahnya akses terhadap produksi vaksin dunia tidak fair di mana ada dominasi dari negara-negara maju yang memiliki sumber daya kuat,” tukasnya.

Gus AMI mendesak semua pihak mendorong ketersediaan vaksin produksi dalam negeri, seperti Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara. Beberapa waktu lalu, polemik Vaksin Nusantara mengemuka. Bahkan BPOM menegaskan jika uji coba Vaksin Nusantara harus dihentikan, karena tidak memenuni kaidah klinis.

Baca Juga: DPR: Harkitnas Momentum Bangun Optimisme Bangsa Indonesia

“Di kalangan pakar masih terjadi perdebatan terkait efektifitas Vaksin Nusantara. Namun bagi kami, apapun perdebatan itu tidak boleh menghalangi proses invention atau penemuan potensi produksi vaksin dalam negeri yang bisa cepat diproduksi dan aman bagi masyarakat,” katanya.

Mantan Ketua Umum PB PMII ini juga meminta masyarakat, agar tidak lengah mengingat belum ada tanda-tanda berakhirnya masa pandemi. Protokol kesehatan tetap harus dilaksanakan, meskipun sebagian masyarakat telah mendapatkan vaksin Covid-19.

“Tetap disiplin memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan saat beraktivitas di ruang-ruang publik,” pungkasnya.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI