Silaturahim Ulama se-Gorontalo, Gus AMI Sebut NU Penopang Indonesia saat Pandemi
Pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang tetap eksis di tengah pandemi.
Suara.com - Pandemi Covid-19 memang telah meluluhlantahkan berbagai sendi kehidupan tak hanya di Indonesia, namun juga dunia. Meski begitu, kekuatan Nahdlatul Ulama, para kiai dan ulama, serta semangat ahlussunnah waljamaah di Indonesia terbukti membawa optimisme yang kuat sehingga Indonesia tetap stabil. Demikian disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Abdul Muhaimin Iskandar atau Gus AMI saat menghadiri Silaturahim Bersama keluarga Besar Nahdlatul Ulama dan Ulama se Gorontalo di Aston Hotel, Kota Gorontalo, Jumat, 11 Juni 2021 malam.
Menurut Gus AMI, kekuatan NU dapat dilihat dari gairah Pondok Pesantren yang saat ini tetap eksis menggelar Pendidikan sebagaimana biasa meski dihantui Pandemi Covid-19. Berbeda halnya dengan sekolah umum yang justru digelar secara online sehingga pola pendidikan kurang optimal.
“Saya tidak tahu di sini (Gorontalo), di Jawa, Pesantren merupakan satu-satunya Lembaga Pendidikan tatap muka yang eksis, berjalan normal dengan protokol kesehatan ketat. Pesantren-pesantren ini tidak pernah berhenti mencerdaskan anak bangsa, meskipun di tengah pandemi Covid-19” kata Gus AMI.
Ketua Tim Pengawas (Timwas) Bencana Pandemi Covid-19 DPR RI ini menyatakan, eksistensi pesantren itulah yang membuat Indonesia tetap teguh, terutama dalam konteks pembangunan karakter, akhlak, dan kualitas sumberdaya manusia.
Baca Juga: DPR Klaim Belum Terima Draf RUU KUP soal Sembako Kena PPN
Gus AMI juga menyatakan, dakwah Islam Ahlussunnah Waljamaah saat ini adalah model dakwah yang paling diakui dan tidak mengalami hambatan apapun di mana-mana. Pun demikian dalam konteks politik.
“Politik Ahlussunnah Waljamaah, polilitik Nahdlatul Ulama telah diakui menjadi solusi bangsa. Inilah momentum dan kesempatan bagi kita. Pengakuan yang tidak boleh disia-siakan,” ungkap Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Gus AMI mencontohkan saat Fraksi PKB DPR RI merumuskan sekaligus memperjuangkan UU Pesantren. Menurut dia saat itu semua Fraksi menerima, nyaris tidak ada kontroversi dan kendala apapun hingga UU tersebut disahkan.
“Itu salah satu bukti. Bersamaan dengan UU Pesantren (UU yang lain) mengalami berbagai penolakan. Tapi Ketika kita bikin UU Pesantren semua mendukung, tidak ada penolakan,” terangnya.
Sementara itu, Ketua Tanfiziyah PWNU Provinsi Gorontalo, KH. Zulkarnain Suleman menyambut baik silaturahim tersebut. Menurutnya momentum itu sudah cukup lama tidak dilakukan di Gorontalo, terlebih dibayang-bayangi Pandemi Covid-19.
Baca Juga: Kunjungan ke Madura, DPR Apresiasi Upaya Lockdown Satgas Covid-19
“Sampai tadi siang saya banyak ditelepon, banyak Kiai protes kenapa saya tidak diundang. Saya sampaikan mohon maaf, bahwa kapasitas yang disiapkan oleh panitia dan berdasarkan protokol Kesehatan hanya 100 orang yang bisa hadir. Sehingga kami mewakili para Kiai, para Nyai menyampaikan salam hangat dari seluruh warga Nahdliyyin pada Gus AMI,” kata kiai zulkarnain
Hadir dalam silaturahim itu Rois Syuriah PWNU Gorontalo, KH. Sarmada Inaku, Ketua PCNU Gorontalo, KH. Rosyid Kamaru, Pengasuh PP Salafiyah Syafiiyah Pahuwato, KH. Abdullah Hanif, Mantan Ketua PWNU Gorontalo, KH. Karim Pateda, Ketua Yayasan Uswatun Wustho Boalemo, KH. Khoirul Anam, Pimpinan Toriqah Naqsabandiyah Gorontalo, KH Ahmad Mulya dan lain sebagainya.
Sementara Gus AMI hadir bersama Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar, Wakil Ketua MPR RI, Jazilul Fawaid, Anggota DPR RI, M Hasanuddin Wahid, dan Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh.