Komisi X DPR RI Nilai Sarpras dan Guru Merupakan Ujung Tombak Pendidikan Bermutu

Fabiola Febrinastri
Komisi X DPR RI Nilai Sarpras dan Guru Merupakan Ujung Tombak Pendidikan Bermutu
Anggota Komisi X DPR RI, Fahmi Alaydroes. (Dok: DPR)

Ia minta Kemendikbud dapat fokus dan serius membenahi fasilitas sekolah-sekolah di Indonesia.

Suara.com - Anggota Komisi X DPR RI, Fahmi Alaydroes menyatakan bahwa ada dua aspek yang merupakan ujung tombak perbaikan mutu pendidikan Indonesia ke depan, yaitu sarana prasarana dan guru, mengingat keduanya memiliki korelasi yang cukup erat dalam membangun pendidikan yang bermutu.

"Sekarang kita dapatkan masalah cukup serius di guru, yaitu masalah ketercukupan, ketersebaran dan kompetensi juga kesejahteraan, mereka padahal guru itu yang paling depan menjadi ujung tombak bagi mutu pendidikan kita. Dua hal ini menjadi sesuatu yang sangat luar biasa yaitu sarana prasarana dan guru,"katanya.

Hal itu diungkapkan usai melakukan peninjauan ke SDN 06, SMPN 02 dan SMAN 03 Kota Salatiga, Jawa Tengah, Jumat, (15/7/2022).

Fahmi juga menuturkan,Gedung SMAN 03 Kota Salatiga dahulu adalah Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pada masa Belanda. 

Baca Juga: Anggota DPR RI Inisial DK Diduga Lakukan Pencabulan, Respons MKD: Jika Diadukan, Kami Tindaklanjuti

"Mewah dalam arti terfasilitasi dengan baik, dan kita juga tahu bahwa guru-guru kita di zaman dulu hebat-hebat. Ini juga catatan buat kita apalagi nanti di tengah-tengah suasana upaya untuk memperbaiki RUU Sisdiknas, maka perhatian kita kepada upaya menghadirkan guru yang bagus yang berkualitas ini harus menjadi prioritas nomor satu,"ujarnya.

Terkait sarana prasarana, Fahmi juga menyoroti bangunan yang dimiliki sekolah-sekolah yang dikunjungi oleh Tim Kunker Reses Komisi X DPR RI. Menurutnya, pemerintah Belanda pada masa itu sangat memperhatikan sarana dan prasarana sekolah dan serius membangun pendidikan pada masa itu.

Oleh karena itu, ia minta Kemendikbud dapat fokus dan serius membenahi fasilitas sekolah-sekolah di Indonesia.

"Menurut saya ini aspek yang barangkali perlu benar-benar kita perhatikan di tengah-tengah problematika kita, dimana satu juta lebih ruang kelas rusak di seluruh Indonesia. Bagaimana anak ingin mendapatkan pengalaman belajar yang kondusif yang bagus ketika sarana prasarananya bermasalah. Ini impresi pertama yang saya dapatkan. Ini harus menjadi catatan keras buat Kemendikbud dan pemerintah pada umumnya, agar kita benar-benar memberikan perhatian kepada fasilitas pendidikan," tandasnya.

Sementara, anggota Komisi X DPR RI, Sodik Mujahid menyoroti, proses seleksi siswa baru atau PPDB. Menurut info, dijalankan sesuai dengan prosedur, yaitu melalui jatah zonasi dan afiliasi.

Baca Juga: Mahkamah Kehormatan DPR akan Tindak Lanjuti Pengaduan Soal Anggota DPR Diduga Lakukan Pencabulan

Sodik juga mengapresiais proses pembelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dilakukan dengan pola ekstrakurikuler dengan menggunakan metode atau pola partisipastif.

"Pembelajaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang dilakukan dengan pola ekstrakurikuler didemonstrasikan, bagaimana para siswa menampilkan pendidikan dengan pola ekstrakurikuler," katanya.

Sodik juga menyoroti soal perpustakaan, yang mana buku-buku yang diberikan pusat sudah diterima.

Komisi X DPR sempat menanyakan soal digitalisasi perpustakaan, dimana seluruh sekolah yang didatangi sudah mengimplementasikan perpustakaan digital atau e-Library.

Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPR RI melakukan Kunjungan Kerja ke Kota Salatiga. Mereka adalah Djohar Arifin Husin (F-Gerindra), Adriana Dondokambey, Vanda Sarundajang (F-PDIP), Muhamad Nur Purnamasidi (F-PG), Sakinah Aljufri (F-PKS), Sukawijaya alias Yoyok Sukawi (F-PD), Haerul Amri, Syamsul Luthfi (F-Nasdem), dan Mitra Fakhruddin (F-PAN).


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI