Ketua DPR : Revolusi Industri 4.0 Akibatkan Hilangnya 50 Juta Pekerjaan

Fabiola Febrinastri
Ketua DPR : Revolusi Industri 4.0 Akibatkan Hilangnya 50 Juta Pekerjaan
Ketua DPR,  Bambang Soesatyo. (Dok : DPR)

Perguruan tinggi diharapkan mampu responsif dan adaptif terhadap perkembangan iptek.

Suara.com - Ketua DPRBambang Soesatyo memaparkan hasil riset lembaga Internasional McKinsey, yang memperkirakan hingga 2030, Revolusi Industri 4.0 akan berdampak pada hilangnya sekitar 45 juta hingga 50 juta pekerjaan. Banyak pegawai di seluruh dunia akan kehilangan pekerjaan.

Sebagai gantinya, diperlukan inovasi untuk menciptakan lapangan kerja baru dan sumber daya manusia (SDM) yang andal, kompeten, dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.

"Dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0. Tri Dharma Perguruan Tinggi perlu dikuatkan dan diarahkan pada mempersiapkan dan meningkatkan kualitas SDM yang siap mengisi era ini dengan tantangan yang semakin berat. Program pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sudah meningkat pesat," ujar Bamsoet, saat mengisi Kuliah Umum di Universitas Islam Atthahiriyah, di Jakarta, Sabtu (7/9/2019).

Selain dihadiri para mahasiswa dari berbagai program studi, turut hadir Ketua Dewan Pembina Yayasan Adiniyah Attahariyah, KH Khodori Tahir dan Rektor Universitas Islam Attahiriyah, Prof. Dr. Abdul Gani Abdullah.

Baca Juga: DPR : Kebutuhan Energi Indonesia Meningkat Tiap Tahun

Bendahara Umum DPP Partai Golkar 2014 - 2016 ini menjelaskan, dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, program pengajaran, penelitian, dan pengabdian masyarakat harus disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang sudah meningkat. Pada dharma pendidikan, perguruan tinggi diharapkan dapat melaksanakan sistem pembelajaran yang lebih inovatif melalui penyesuaian kurikulum pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa. Khususnya, dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), Big Data Analitic, dan integrasi antara objek fisik, digital dan manusia.

Selain itu, Wakil Koordinator Bidang Pratama DPP Partai Golkar ini menambahkan, diperlukan peningkatan kapasitas mahasiswa dalam karakter dan pemikiran, sehingga mampu bersaing dan berjuang dalam kondisi tersulit. Proses pembelajaran juga perlu dioptimalkan, sehingga tidak hanya dilaksanakan secara face to face, tapi juga blended learning maupun full online learning, sehingga dapat meningkatkan intensitas komunikasi belajar antara mahasiswa dan dosen.

"Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menghasilkan lulusan yang kompetitif dan terampil, terutama dalam aspek data literacy, technological literacy dan human literacy. Dengan demikian, diharapkan dapat menciptakan generasi angkatan kerja yang memiliki daya saing untuk memenuhi tuntutan pasar dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks," tandasnya.

Pada dharma penelitian, Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menerangkan, perguruan tinggi diharapkan mampu responsif dan adaptif terhadap perkembangan iptek dan mengembangkan ilmu pengetahuan baru, menjembatani ilmu pengetahuan agar berdaya guna. Selain itu, memberikan terobosan dalam riset dan pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas riset, bersinergi dengan industri, serta selalu berinovasi untuk kemajuan institusi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Pada dharma pengabdian pada masyarakat, perguruan tinggi dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung kemajuan institusi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian perguruan tinggi dapat melaksanakan perannya dalam menyiapkan, mengisi, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan SDM dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0," pungkas Bamsoet.

Baca Juga: Wakil Ketua DPR : Inklusi Keuangan, Solusi Ketimpangan Ekonomi


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI