Terdampak Corona, Pemerintah Diminta Responsif ke Sektor Keuangan

Fabiola Febrinastri
Terdampak Corona, Pemerintah Diminta Responsif ke Sektor Keuangan
Anggota Komisi XI DPR Junaidi Auly. (Dok : DPR)

Sumber gejolak yang menekan rupiah bukanlah karena dominasi faktor-faktor moneter.

Suara.com - Anggota Komisi XI DPR, Junaidi Auly meminta pemerintah responsif terhadap perkembangan sektor keuangan, karena sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang paling tertekan karena merebaknya Virus Corona. Ia menyampaikan berbagai indikator seperti nilai rupiah, menunjukkan penurunan signifikan, bahkan di bawah nilai fundamentalnya.

"Nilai rupiah begitu tertekan sebagai akibat dari kurang kredibel pemerintah dalam menangani Covid-19. Tidak sedikit investor yang melepas kepemilikan aset-aset keuangan di Indonesia dan akhirnya menekan rupiah dalam level signifikan,” ungkap Junaidi, dalam rilis yang diterima Parlementaria, Kamis, (2/4/2020).

Junaidi menjelaskan, sumber gejolak yang menekan rupiah bukanlah karena dominasi faktor-faktor moneter. Namun lebih kepada buruknya penanganan Covid-19 di Indonesia. Ia menambahkan, stimulus yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) tidak berdampak banyak terhadap rupiah. Hal ini mengindikasikan bahwa stimulus moneter masih jauh panggang dari api.

“Koreksi 7-Day Reverse Repo Rate (RR), misalnya, tidak mampu menahan depresiasi Rupiah. Justru semakin memaksa asing keluar dari instrumen keuangan di Indonesia, karena penurunan yield yang akan diterima. Saat ini, sumber gejolak justru berada di tangan pemerintah,” jelas Junaidi.

Baca Juga: DPR Terima Rancangan UU Tentang Penetapan Perppu No 1 Tahun 2020

Politisi Fraksi PKS ini juga mengkhawatirkan sektor moneter yang lebih berperan sebagai stabilisator. Padahal posisi cadangan devisa Indonesia tidaklah banyak.

"Per Februari 2020 hanya 130 miliar dollar AS, cukup untuk 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Namun pembayaran utang swasta dan BUMN belum termasuk dalam kalkulasi ini. Padahal, cadangan devisa terus terkuras untuk intervensi,” tutup Junaidi.


Twitter Dpr

Parlementaria

Berita, fakta dan informasi mengenai seputar yang terjadi di DPR-RI